
Jakarta, Bolong.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan bahwa proyek ekosistem baterai untuk kendaraan listrik senilai US\$ 8 miliar (sekitar Rp 131,07 triliun, berdasarkan kurs Rp 16.397 per dolar AS) akan dilaksanakan oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) bekerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Sekretaris Jenderal ESDM, Ahmad Erani Yustika, menyebut bahwa pelaksanaan proyek dengan Huayou ini akan dimulai pada kuartal keempat tahun 2025. “Proyek Titan yang bekerja sama dengan Huayou akan mulai akhir Oktober atau awal November,” ungkapnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Huayou menggantikan LG Energy Solution (LGES) dalam konsorsium bersama IBC—yang terdiri dari PT Aneka Tambang (Antam), PT Inalum, PT Pertamina, dan PT PLN. Keputusan pemerintah untuk menarik LGES dari proyek ini dilakukan karena perusahaan asal Korea Selatan tersebut dianggap tidak memenuhi komitmen awal yang telah disepakati. LGES tidak hanya keluar dari proyek bersama IBC, tetapi juga mundur dari rencana investasi dalam tiga joint venture (JV) yang telah direncanakan. Di sisi lain, satu JV lainnya—yaitu JV keempat—sudah beroperasi dan terus berlanjut.
Investasi Huayou di Indonesia
Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyebut bahwa potensi tambahan investasi dari grup Huayou ke Indonesia dapat mencapai US\$ 20 miliar (sekitar Rp 335,56 triliun, berdasarkan kurs Rp 16.759 per dolar). Rosan mencatat bahwa hingga saat ini Huayou sudah menanam modal sebesar US\$ 8,8 miliar di tanah air. Selain proyek baterai, Huayou juga rencananya akan mengembangkan lahan industri di Morowali dan Weda Bay, serta sebuah kawasan industri di Pomalaa. (*)
Advertisement
