Lama Baca 3 Menit

Akses Perdagangan dengan Tiongkok Tertutup, Picu Gizi Buruk di Korea Utara

13 June 2020, 18:31 WIB

Akses Perdagangan dengan Tiongkok Tertutup, Picu Gizi Buruk di Korea Utara-Image-1

Korea Utara Terancam Bencana Kelaparan - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Pyongyang, Bolong.id – Korea Utara dikabarkan kini sedang menghadapi kekukarangan pangan yang serius dan terjadi secara luas yang membuat banyak penduduknya kelaparan hingga mengalami gizi buruk yang parah. Hal itu terjadi akibat Korea Utara mengalami kesulitan ekonomi yang drastis akibat pandemi COVID-19, dan diperburuk dengan penurunan tajam hingga 90 persen dalam perdagangannya dengan Tiongkok karena akses perbatasan ditutup selama pandemi.

Utusan Khusus PBB untuk Korea Utara, Tomas Ojea Quintana mengatakan bahwa saat ini semakin banyak jumlah keluarga di Korea Utara yang hanya makan dua kali sehari atau yang hanya bisa makan jagung saja, beberapa keluarga lainnya bahkan kelaparan. Sementara itu, Elisabeth Byrs, seorang juru bicara Program Pangan Dunia PBB membenarkan pernyataan Quintana dan mengatakan bahwa situasi Korea Utara saat ini sangat suram, sekitar 10 juta orang atau 40 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Korea Utara mengalami kekurangan gizi dan membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk dapat bertahan hidup.

Quintana memberi peringatan bahwa sanksi internasional jangka panjang terhadap Korea Utara hanya akan memperburuk masalah tersebut. Maka dari itu, ia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mempertimbangkan kembali sanksi yang dikenakan atas program nuklir dan rudal Pyongyang. Ia juga meminta pemerintah Korea Utara untuk bertindak dan komunitas internasional turut membantu agar kondisi rawan pangan yang parah di Korea Utara ini dapat segera teratasi.

Korea Utara sebelumnya juga pernah dilanda kelaparan pada pertengahan tahun 1990 yang mengakibatkan sebanyak 3 juta orang penduduknya meninggal dunia. Saat ini, Korea Utara menjadi satu-satunya negara di dunia yang belum melaporkan satu pun kasus COVID-19 kepada WHO, meskipun negaranya berbatasan dengan Tiongkok. Namun, klaim tersebut diragukan lantaran jumlah tunawisma dan harga obat-obatan meningkat di kota-kota besar di Korea Utara. Quintana pun telah mendesak Korea Utara untuk mengizinkan semua bantuan kemanusiaan dikirimkan tanpa adanya batasan karena stok vaksin dan bantuan lainnya terlantar di perbatasan.*