Lama Baca 5 Menit

China Luncurkan Misi Luar Angkasa: Ambil Batu Bulan

23 November 2020, 11:01 WIB

China Luncurkan Misi Luar Angkasa: Ambil Batu Bulan-Image-1

China Luncurkan Misi Luar Angkasa: Ambil Batu Bulan - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Tiongkok berencana meluncurkan pesawat ruang angkasa tak berawak ke bulan minggu ini untuk membawa kembali batuan bulan. Ini merupakan upaya pertama negara di dunia untuk mengambil sampel dari satelit alami Bumi tersebut sejak 1970-an.

Roket Chang'e-5 yang dinamai sesuai dengan nama dewi bulan di Tiongkok kuno, akan berusaha mengumpulkan bahan material yang dapat membantu para ilmuwan memahami lebih lanjut tentang asal-usul dan pembentukan bulan. Misi tersebut akan menguji kemampuan Tiongkok dalam memperoleh sampel jarak jauh dari luar angkasa, sebelum melakukan misi yang lebih kompleks.

Jika berhasil, misi tersebut akan menjadikan Tiongkok sebagai negara ketiga yang mengambil sampel bulan, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet beberapa dekade lalu, dilansir dari cnn.com, Senin (23/11/2020).

Sejak Uni Soviet mendaratkan pesawat Luna 2 di bulan pada tahun 1959, benda buatan manusia pertama yang mencapai benda angkasa lain, beberapa negara lain termasuk Jepang dan India telah meluncurkan misi bulan.

Dalam program Apollo yang pertama kali menempatkan manusia di bulan, Amerika Serikat mendaratkan 12 astronot dalam enam penerbangan dari tahun 1969 hingga 1972, membawa kembali batuan dan tanah seberat 382 kg.

Uni Soviet mengerahkan tiga misi robot ke bulan yang sukses dijalankan pada tahun 1970-an, dan terakhir, Luna 24, mengambil 170,1 gram sampel pada tahun 1976 dari Mare Crisium, atau "Sea of ​​Crises" bulan.

Roket Long March-5 dengan wahana roket baru Chang'e-5 di atasnya, terlihat di landasan peluncuran di Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang pada 17 November 2020 di Hainan, Tiongkok. Misi Tiongkok yang dijadwalkan untuk diluncurkan dalam beberapa hari mendatang, akan berusaha mengumpulkan 2 kg sampel di daerah yang sebelumnya tidak dikunjungi di dataran lava besar yang dikenal sebagai Oceanus Procellarum atau "Ocean of Storms".

"Sampel dari zona Apollo-Luna bulan, sementara penting untuk pemahaman kami, dilakukan di daerah yang kurang dari setengah permukaan bulan," kata James Head, ilmuwan planet di Universitas Brown.

Data selanjutnya dari misi penginderaan jauh orbital telah menunjukkan keragaman jenis batuan, mineralogi dan usia yang lebih luas daripada yang diwakilkan dalam koleksi sampel Apollo-Luna, katanya.

"Ilmuwan bulan telah mengadvokasi misi pengambilan sampel robotik ke banyak area kritis yang berbeda untuk menjawab sejumlah pertanyaan mendasar yang tersisa dari eksplorasi sebelumnya," terang Head.

Misi Chang'e-5 dapat membantu menjawab pertanyaan seperti berapa lama bulan tetap aktif secara vulkanik dan kapan medan magnetnya, kunci untuk melindungi segala bentuk kehidupan dari radiasi matahari, menghilang.

Setelah berada di orbit bulan, Chang’e-5 akan mengerahkan sepasang kendaraan ke permukaan bulan, lalu mengebor tanah, kemudian mentransfer sampel tanah dan batuannya ke ascender yang akan lepas landas dan berlabuh dengan modul orbit. Jika ini berhasil, sampel akan dipindahkan ke kapsul yang akan dikembalikan ke Bumi.

Tiongkok melakukan pendaratan bulan pertamanya pada 2013. Pada Januari 2019, roket Chang'e-4 mendarat di sisi jauh bulan yang pertama oleh pesawat antariksa negara mana pun. Dalam satu dekade ke depan, Tiongkok berencana mendirikan stasiun pangkalan robotik untuk melakukan eksplorasi tak berawak di kawasan kutub selatan.

Ini akan dikembangkan melalui misi Chang'e-6 7 dan 8 hingga tahun 2020-an dan diperluas hingga tahun 2030-an menjelang pendaratan berawak. Tiongkok berencana mengambil sampel dari Mars pada tahun 2030. Pada bulan Juli lalu, Tiongkok telah meluncurkan perawat tak berawak ke Mars dalam misi independen pertamanya ke planet lain. (*)