Lama Baca 4 Menit

FOCAC: Bantuan Barat hadapi reaksi keras di Afrika

03 September 2024, 17:50 WIB

FOCAC: Bantuan Barat hadapi reaksi keras di Afrika-Image-1

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 10 Juli 2024 ini menunjukkan pemandangan Pelabuhan Perikanan Bandim serta kompleks pengolahan dan penyimpanan produk akuatik yang dibangun oleh China di Bissau, Guinea-Bissau. (Xinhua/Han Xu)

   Sebagai sesama negara Global South, China memiliki pandangan yang sama dengan negara-negara Afrika. Bantuan China selalu bersifat merespons permintaan negara-negara penerima, tidak seperti langkah-langkah bantuan yang diberikan oleh Barat.

   oleh penulis Xinhua Wang Zongnan, Zhao Zhiqin

   BEIJING, 3 September (Xinhua) -- "Jebakan utang" merupakan istilah untuk menggambarkan hubungan keuangan internasional di mana negara atau lembaga kreditur memberikan utang kepada negara peminjam dengan tujuan untuk mendapatkan konsesi ekonomi atau politik ketika negara peminjam tidak dapat memenuhi kewajiban membayar utang.

   Media Barat menyematkan narasi "jebakan utang" terhadap China sejak sebuah wadah pemikir (think tank) India mencetuskan istilah tersebut pada 2017.

   Namun, apa faktanya? Siapakah kreditur nomor satu Afrika? Siapakah yang menggunakan "jebakan utang" untuk menjarah kekayaan negara-negara berkembang, dan siapakah yang menawarkan bantuan nyata? Sebagian besar negara berkembang, terutama negara-negara Afrika, mengetahui kebenarannya.

   Humphrey Moshi, direktur pusat studi China di Universitas Dar es Salaam di Tanzania, memberikan pendapatnya tentang narasi "jebakan utang", dengan menunjukkan perspektif Afrika yang sering terabaikan: "Banyak orang lupa bahwa negara-negara Afrika menandatangani perjanjian-perjanjian ini dengan kesadaran penuh akan ketentuan-ketentuannya."

   Hal ini kemudian didukung oleh fakta-fakta.

   "Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Baratnya sedang menghadapi reaksi keras di negara-negara Afrika," ungkap Adhere Cavince, seorang spesialis hubungan internasional dari Kenya. "Pangkalan-pangkalan militer AS sedang dipindahkan keluar dari Afrika, dan campur tangan Amerika yang keras dalam urusan dalam negeri negara-negara Afrika tidak lagi dapat dipertahankan."

   "Suku bunga dari pemberi pinjaman Barat lebih tinggi... Negara-negara terjebak untuk membayar bunga, dan pokok pinjaman tetap tidak dibayar untuk waktu yang lama. Apa arti dari semua ini? Ini menunjukkan tingkat eksploitasi," kata Chibeza Mfuni, wakil sekretaris jenderal Asosiasi Persahabatan Zambia-China.

   "Bantuan dari Barat sering kali disertai dengan banyak syarat, termasuk langkah-langkah penghematan, privatisasi, dan 'promosi demokrasi'," ungkap Cavince. "Hal ini sering kali menyebabkan perselisihan sipil."

   Pada Juni lalu, Kenya dilanda aksi protes massal dan memakan korban jiwa sebagai akibat dari usulan kenaikan pajak terkait dengan program pendanaan IMF. RUU Keuangan 2024 dukungan IMF, yang sekarang sudah tidak berlaku, dideskripsikan oleh The Guardian sebagai "bentuk penghematan paling ekstrem dalam sejarah Kenya." Dalam aksi protes tersebut, terlihat sebuah plakat bertuliskan, "IMF, Bank Dunia, Hentikan Perbudakan Modern", seperti dilansir Al Jazeera.

   Di sisi lain, China menawarkan dana kepada negara-negara Afrika tanpa pamrih politik, ujar Cavince.

   Sebagai sesama negara Global South, China memiliki pandangan yang sama dengan negara-negara Afrika.

   Cavince menyatakan bahwa bantuan China selalu bersifat merespons permintaan negara-negara penerima, tidak seperti langkah-langkah bantuan yang diberikan oleh Barat, "yang sering kali menetapkan area tertentu di mana negara-negara miskin harus meminta dukungan."  Selesai