Lama Baca 2 Menit

Perusahaan China ubah jerami jadi energi di Shandong, China

15 May 2024, 16:37 WIB

JUDUL: Perusahaan China ubah jerami jadi energi di Shandong, China

SHOOTING TIME: 10 Mei 2024

DATELINE: 14 Mei 2024

DURASI: 00:01:24

LOKASI: JINAN, China

KATEGORI: ENERGI


SHOTLIST:

1. Berbagai cuplikan pengolahan tanaman jerami

2. SOUNDBITE 1 (Bahasa Mandarin): GAO SHAOFENG, Direktur Institut Penelitian Biomassa Shengquan Group

3. Berbagai cuplikan produk tanaman jerami

4. SOUNDBITE 2 (Bahasa Mandarin): TANG ZENGYUAN, Direktur Pelaksana Departemen Bisnis Internasional Shengquan Group


STORYLINE:

China secara aktif mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dan energi biomassa untuk membantu mewujudkan target karbon ganda negara itu.

Di Jinan, Provinsi Shandong, China timur, sebuah perusahaan mengubah berbagai jenis tanaman jerami menjadi produk bio-based ramah lingkungan.

SOUNDBITE 1 (Bahasa Mandarin): GAO SHAOFENG, Direktur Institut Penelitian Biomassa Shengquan Group

"Komponen utama dalam jerami adalah hemiselulosa, lignin, dan selulosa. Pemanfaatan unsur-unsur tersebut dapat menghasilkan berbagai macam produk, seperti pengganti minyak bumi dan batu bara, metanol hijau, etanol selulosa, avtur, solar dan minyak tanah (kerosene) bio-based, dan sebagainya."

Sejak 2023, tahap pertama dari proyek terpadu pemurnian biomassa level jutaan ton telah dioperasikan oleh Shengquan. Sejauh ini, proyek itu dapat memproses 500.000 ton tanaman jerami setiap tahunnya, sehingga mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 600.000 hingga 700.000 ton per tahun.

SOUNDBITE 2 (Bahasa Mandarin): TANG ZENGYUAN, Direktur Pelaksana Departemen Bisnis Internasional Shengquan Group

"Saat ini, produk ekspor kami sebagian besar adalah resin fenolik dan resin pengecoran. Negara-negara ekspor utama berlokasi di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Dalam tujuh atau delapan tahun terakhir, bisnis kami di luar negeri terus berkembang dengan laju sekitar 20 persen lebih setiap tahunnya, dengan pertumbuhan tertinggi sebesar sekitar 30 persen tahun lalu."


Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Jinan, China.

(XHTV)