Pekerja migran Tiongkok - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
Penelitian dari Zhongtai Securities di Shandong (山东中泰证券) pada akhir bulan April menyatakan bahwa tingkat pengangguran di Tiongkok adalah sebesar 20,5 persen, atau sekitar 70 juta orang kehilangan pekerjaan.
Pada Kongres Rakyat Nasional Tiongkok (中国全国人民代表大会) di Beijing pekan lalu, para delegasi untuk pertama kalinya tidak membahas target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan, dan membuat penegasan bahwa pekerjaan adalah prioritas utama pemerintah.
Menurut Li Tao (李涛) seorang pendiri Pusat Pengembangan Pekerjaan Sosial Beijing (北京市协作者社会工作发展中心), dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor pekerjaan di Tiongkok sudah lebih parah daripada wabah SARS pada 2002-2003 dan krisis keuangan global pada 2008. Pekerja migran Tiongkok tidak hanya ada yang kehilangan pekerjaan tetapi juga beberapa ada yang mengalami pemotongan gaji yang besar. Hampir 80% dari mereka telah kembali bekerja pada awal bulan April, meskipun upah sebagian besar dari mereka berkurang.
Pekerja migran telah menjadi kekuatan pendorong dalam infrastruktur Tiongkok dan urbanisasi yang cepat sejak tahun 1980-an. "Ketika bencana terjadi, beberapa pekerja migran akan memilih untuk kembali ke kota asal mereka untuk mengurangi biaya hidup. Namun, selama ada peluang di kota itu, 80 persen pekerja migran akan tetap bekerja kota, karena tidak ada pekerjaan di kota asal mereka," kata Li Tao (李涛).
Sumber: scmp.com
Penulis : Oki
Advertisement