Lama Baca 3 Menit

Setelah Larangan Huawei 5G, Bisnis Inggris Serukan Hubungan yang Lebih Baik dengan Tiongkok

28 July 2020, 14:23 WIB

Setelah Larangan Huawei 5G, Bisnis Inggris Serukan Hubungan yang Lebih Baik dengan Tiongkok-Image-1

Bendera Inggris-Tiongkok - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Inggris, Bolong.id – Dilansir Global Times, bisnis Inggris serukan penguatan hubungan antara Tiongkok-Inggris, menyusul keputusan pemerintah Inggris baru-baru ini untuk menghapus Huawei dari jaringan 5G pada tahun 2027. Sebab, jika hubungan bilateral melemah maka dipastikan akan memengaruhi kemampuan bisnis Inggris untuk beroperasi di Tiongkok.

Direktur pelaksana Kamar Dagang Inggris di Tiongkok, Steven Lynch mengatakan, “Ketidakpastian di sekitar lingkungan bisnis sebagai yang diakibatkan dari iklim politik saat ini, kemungkinan akan menghalangi investasi yang pada akhirnya akan merugikan ekonomi Tiongkok dan Inggris.”

“Kami berharap keputusan Pemerintah Inggris tentang Huawei tidak membayangi hubungan bilateral Inggris-Tiongkok atau hubungan bisnis yang kuat antara Inggris dan perusahaan-perusahaan Tiongkok,” tambahnya.

Perusahaan telekomunikasi yang berbasis di London Vodafone mengatakan, larangan pemerintah Inggris terhadap Huawei tidak boleh "diekstrapolasi" ke seluruh Eropa karena negara-negara lain memiliki perbedaan geopolitik, dilansir Reuters.

Perlu diketahui, Tiongkok adalah pasar ekspor keenam terbesar di Inggris pada 2019 dengan ekspor barang dan jasa ke Tiongkok bernilai rekor tertinggi mencapai USD39,2 miliar atau sekitar Rp567 triliun, menurut laporan Kantor Statistik Nasional Inggris, 14 Juli lalu.

Menurut Standard Chartered, Tiongkok adalah pasar yang penting secara strategis dan prioritas utama untuk Standard Chartered dan bank tersebut memiliki komitmen jangka panjang pada Tiongkok.

Perusahaan-perusahaan Inggris mengatakan akan terus berinvestasi di Tiongkok, termasuk laporan baru-baru ini tentang investasi senilai USD40 juta atau sekitar Rp582 milyar di Pusat Wilayah Standard Chartered Greater Bay di Guangzhou, Provinsi Guangdong, pada 20 Juli lalu.

“Ini adalah harapan kami bahwa lingkungan politik saat ini tidak seharusnya membayangi hubungan bilateral Inggris-Tiongkok atau hubungan bisnis yang kuat antara Inggris dan perusahaan-perusahaan Tiongkok,” kata Lynch, menambahkan bahwa terlepas dari keputusan Inggris, bisnis Inggris akan tetap berkomitmen untuk  pasar Tiongkok. (*)