Lama Baca 4 Menit

Taiwan Jadi 'Kartu Terakhir' AS

01 July 2020, 06:33 WIB

Taiwan Jadi 'Kartu Terakhir' AS-Image-1

Ilustrasi Tiongkok, AS, dan Taiwan - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Dilansir Global Times, Amerika Serikat (AS) semakin memamerkan kerja sama militernya yang ilegal dengan Taiwan. Dalam suatu rekaman video yang tergolong langka, terekam pasukan AS dan Taiwan sedang latihan militer pada hari Senin (29/6/2020) kemarin. Pada hari yang sama, pesawat militer Tiongkok dan AS juga terlihat berada di dekat Taiwan. Seorang ahli dari Tiongkok mencatat, Presiden AS Donald Trump mungkin akan membantu Tiongkok dalam usahanya mempercepat persatuannya dengan Taiwan.

Video berdurasi 44 detik berjudul “Excellence” ini, memberikan bukti bahwa AS dan otoritas separatis Taiwan-lah yang pertama kali mengubah status quo dan memprovokasi Tiongkok. Maka, jika nanti Tiongkok melancarkan operasi militer untuk menggencarkan strategi persatuan dengan Taiwan, AS dan Taiwan yang harus bertanggungjawab penuh. Otoritas pertahanan Taiwan mengatakan bahwa, latihan militer yang ada dalam video itu merupakan bagian dari pertukaran militer biasa antara kedua belah pihak negara.

Lu Xiang, seorang peneliti studi AS di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok (中国社会科学院) di Beijing mengatakan, sejak dahulu, hal seperti ini sering terjadi, namun AS tidak terlalu menonjolkan diri dan Tiongkok juga tidak terlalu mengambil pusing tentang hal itu. Tetapi, kali ini AS terbukti makin terlihat gugup, karena telah gagal melawan Tiongkok dalam perang dagang mereka, serta gagal akan urusan Xinjiang dan Hong Kong. AS menggunakan Taiwan sebagai ‘kartu terakhir’-nya. Sedangkan, pihak separatis Taiwan juga merasa senang akan hal ini, karena mereka bisa memamerkan dukungan AS terhadap mereka, berarti mereka juga membuktikan, bahwa merekalah yang pertama kali melanggar status quo.

Hal ini bisa menjadi alasan penting bagi Tiongkok untuk meningkatkan penempatan militer atau bahkan melancarkan operasi militer terhadap Taiwan, karena langkah AS dianggap telah secara serius melanggar kesepakatan bersama, antara Tiongkok dan AS. Wei Dongxu (魏东旭), seorang pakar militer yang berbasis di Beijing mengatakan, meskipun Taiwan memamerkan hubungan militernya dengan AS, namun ketika Tiongkok memutuskan untuk menyatukan kembali pulau itu (Taiwan) secara militer, pasukan asing mana pun tidak akan ada yang berani untuk membela kaum separatis di pulau itu.

Menurut beberapa media Taiwan, kemunculan pesawat militer kedua negara menjadi semakin sering terjadi, sejak awal Juni 2020. Pesawat militer AS muncul di wilayah udara sekitar Taiwan selama sembilan hari berturut-turut, sedangkan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (中国人民解放军) juga mengirim jet tempur mereka ke sana. Pengamat mencatat bahwa hal ini tidak biasa terjadi selama beberapa tahun terakhir. Karena AS agresif dalam memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut, Tiongkok juga akan meningkatkan kehadiran militernya, untuk memantau AS dan mendorong AS keluar jika perlu. Risiko terjadinya konflik memang membesar, tetapi karena AS sejauh ini hanya mengirim pesawat pengintai tanpa senjata untuk memasuki wilayah udara Taiwan, maka, kemungkinan baku tembak di udara tetaplah rendah.

Taiwannews.com melaporkan, pada hari Sabtu (27/6/20), militer Taiwan kemungkinan akan diundang untuk menghadiri latihan kelautan Lingkar Pasifik (RIMPAC), yang dipimpin oleh AS, pada bulan Agustus 2020. Lu Xiang mengatakan, jika AS hanya mengundang beberapa personel militer Taiwan untuk mengamati RIMPAC, tentu masih akan baik-baik saja, tetapi jika kapal perang AS dan kapal Taiwan melakukan latihan militer, itu akan menjadi situasi yang sangat serius, dan Tiongkok akan melakukan pembalasan yang lebih besar, daripada krisis Selat Taiwan pada tahun 1995-1996 yang lalu. (*)