Beijing, Bolong.Id - Para ilmuwan Tiongkok telah menggunakan satelit ilmu Bumi SDGSAT-1 sebagai alat untuk mengelola dampak dari sumber penerangan modern terhadap lingkungan perkotaan.
Dilansir dari 新华网 pada Senin (12/02/2024) studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Aerospace Information Research Institute (AIR) dari Chinese Academy of Sciences (CAS) ini diterbitkan baru-baru ini di International Journal of Digital Earth.
Menurut penelitian tersebut, kebutuhan konstan untuk dekarbonisasi telah menyebabkan penggantian cahaya buatan di malam hari (ALAN) dengan dioda pemancar cahaya (LED), yang menyebabkan polusi cahaya biru dan efek buruk yang terkait. Akibatnya, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan teknik diskriminasi yang cepat, akurat, dan berskala besar dari berbagai sumber penerangan.
Para ilmuwan percaya bahwa satelit SDGSAT-1 dapat memainkan peran ini dengan melengkapi data cahaya malam hari yang ada dengan fitur multispektral dan resolusi tinggi.
Para ilmuwan menggunakan Beijing sebagai contoh, dan menemukan bahwa pendekatan mereka sangat efektif dalam membedakan berbagai jenis sumber cahaya, dengan tingkat akurasi keseluruhan 92 persen untuk ALAN dan 95 persen untuk lampu jalan.
Analisis gambar SDGSAT-1 mengungkapkan pola pencahayaan yang jelas dan berbeda, yang menunjukkan heterogenitas spasial dalam ALAN di sepanjang Jalan Lingkar ke-5 Beijing, memberikan informasi berharga tentang bagaimana polusi cahaya bervariasi di berbagai daerah perkotaan.
Selain itu, para ilmuwan menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik di seluruh kelas jalan dan jenis lampu jalan, yang menggambarkan pengaruh perencanaan kota dan infrastruktur pada prevalensi teknologi pencahayaan tertentu.
"Penelitian ini menekankan peran penting SDGSAT-1 dalam menganalisis ALAN, memberikan wawasan yang berharga dalam manajemen pencahayaan perkotaan," kata penelitian tersebut.
Diluncurkan ke luar angkasa pada 5 November 2021, satelit SDGSAT-1 adalah satelit sains antariksa pertama di dunia yang didedikasikan untuk melayani Agenda Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030.
Satelit ini dirancang untuk menyediakan data pengamatan ruang angkasa untuk pemantauan, evaluasi, dan studi interaksi antara manusia, alam, dan pembangunan berkelanjutan, menurut pengembangnya, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
September lalu, SDGSAT-1 menangkap atlas pertama di dunia yang berisi data penginderaan jarak jauh cahaya malam hari di perkotaan, yang memberikan dukungan bagi penelitian pembangunan berkelanjutan di perkotaan. Atlas ini berisi data cahaya malam hari beresolusi 10 meter dari 147 kota di 105 negara di seluruh dunia.(*)
Informasi Seputar Tiongkok