Lama Baca 13 Menit

Wu Zetian, Satu-Satunya Kaisar Wanita Masa Kedinastian Tiongkok

30 March 2021, 11:05 WIB

Wu Zetian, Satu-Satunya Kaisar Wanita Masa Kedinastian Tiongkok-Image-1

Wu Zetian - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Beijing, Bolong.id – Wu Zetian (武则天), disebut-sebut sebagai wanita terkaya sepanjang sejarah. Bahkan, Ratu Cleopatra dari Mesir pun tak mampu menandingi kekayaan sang Maharani. Bahkan nama Wu Zetian berada di puncak daftar wanita terkaya di seluruh dunia versi majalah Times. 

Tak hanya karena Wu Zetian adalah Kaisar wanita satu-satunya, meskipun dalam sejarah dan kisah hidupnya ‘ditakdirkan’ menjadi sosok yang terkenal, namun beliau juga memiliki sisi kontroversial. Prestasi dan skandal Wu Zetian masih menjadi cerita menarik untuk diulas hingga saat ini. 

1. Masa Kecil Wu Zetian, Bernama Wu Meiniang

Wu Meiniang (武媚娘; pemberian Kaisar Taizong, suami pertamanya), begitu sebutan semasa mudanya, masih memiliki garis darah biru, yang berasal dari keluarga kaya pada saat itu. 

Orang tua Wu berasal dari Wenshui, Bingzhou (sekarang daerah Wenshui, Shanxi). Beliau lahir di Lizhou (sekarang kota Guangyuan di Provinsi Sichuan). Versi lain menyebutkannya lahir di Chang’an (sekarang Xi’an), pada 17 Februari 624.

Ayahnya, Wu Shihou, adalah seorang pengusaha kayu, dan ibunya yang bermarga Yang berasal dari keluarga dengan kedudukan sosial yang tinggi. 

Sang Ayah pernah memegang posisi menteri senior, termasuk menjadi Gubernur Yangzhou, Lizhou, and Jingzhou (sekarang kawasan Jiangling, Provinsi Hubei). 

Oleh orangtuanya, Wu Meiniang dibekali keterampilan bermain musik, menulis kaligrafi, dan membaca sastra klasik Tiongkok.

B. Masuk Menjadi Anggota Keluarga Istana

Masa kecil Wu Meiniang pun terhitung cukup singkat, karena pada usia 14 tahun, ia telah masuk istana; dan tidak lama langsung diangkat menjadi selir tingkat lima (bergelar Cairen 才人, menjadi Wu Cairen 武才人), dari Kaisar Tang Taizong, a.k.a Li Shimin.

Meskipun sang Ibu tak rela anaknya menjadi selir, Wu Meiniang menyambut kesempatan ini dengan gembira, dan meyakinkan Ibunya bahwa hal ini adalah suatu kehormatan untuk bertemu dengan Putra Langit (Kaisar).

Di sinilah kontroversi dimulai. Ketika Kaisar Taizong meninggal karena sakit, putra tertuanya, Li Zhi, menggantikan kedudukannya menjadi kaisar (Kaisar Tang Gaozong). Karena usianya yang hanya 4 tahun lebih muda, kaisar muda Li Zhi ternyata menaruh hati pada Wu Meiniang, dan mengangkatnya menjadi selirnya. Dalam lingkup istana, hal ini sebenarnya dianggap tidak pantas.

Namun ada cerita, bahwa sebenarnya Li Zhi, yang telah mengenal Wu sejak kecil, dengan fakta bahwa Ibunya meninggal muda, dan sering diganggu sejak kecil, membuat beliau memerlukan sandaran dan sosok yang kuat dalam urusan mendampinginya dalam pemerintahan. Cinta dan persahabatan (orang yg dapat dipercayai) ini ada dalam diri Wu Meiniang.

Wu Meiniang pun  segera mendapatkan gelar Zhaoyi 昭儀, satu level dibawah 4 selir utama kaisar (貴妃, 淑妃, 德妃, 賢妃; Guìfēi, Shū fēi, Dé fēi, Xián fēi).

C. Intrik Wu Zetian di Istana

Wu Zetian pun mulai melancarkan berbagai intrik politik untuk mendapatkan kekuasaan. Wu Zetian membunuh putrinya sendiri yang baru lahir beberapa hari, dan memfitnah sang Permaisuri (dari Li Zhi; Kaisar Gaozong) sebagai pelakunya. 

Tidak berhenti di situ, Wu Zetian juga menuduh permaisuri dan ibunya melakukan praktik sihir. Akibatnya, permasuri pun ditahan dan ibunya diasingkan keluar istana. Sesuai dengan tujuannya, Wu Zetian pun akhirnya mendapatkan posisi sebagai permaisuri baru Kaisar Li Zhi (bergelar Huanghou 皇后).

Ketika mengetahui Kaisar Li Zhi berniat ingin membebaskan (mengampuni) permaisuri Wang (王皇后) dan Selir Xiao (萧淑妃), Wu Zetian memerintahkan orang untuk menyiksa dan membunuh mantan permasuri & selir tersebut (versi lain, keduanya dihukum gantung atas persetujuan Kaisar).

Pejabat-pejabat yang berani menentang Wu Zetian juga disingkirkan. Ada yang dibuang (diasingkan keluar ibukota), dipaksa bunuh diri dengan minum racun, dan dieksekusi gantung / penggal.

Pengaruh Wu Zetian mulai terasa di istana. Setiap kali diadakan pertemuan dewan, Wu Zetian berada di balik tirai di belakang Kaisar, sehingga masyarakat menyebut mereka “Dua orang Suci” (二聖, Er Sheng). Selama sejarah perdinastian, tidak pernah ada cerita permaisuri ikut rapat dengan para Menteri di aula utama istana.

Meski Permaisuri berkuasa penuh atas istana (selain Kaisar), namun kekuasaannya terbatas pada prajurit penjaga istana, kasim, dayang2, dan budak2 di dalamnya. Istilahnya, hanya berkuasa di backyard (halaman belakang) istana. Mereka tidak bisa mencampuri urusan sipil, militer, dan politik (pejabat2 nya).

Pada tahun 656, atas pengaruh Wu Zetian dan abdi setianya, Kaisar Li Zhi memberikan hak pewaris tahta kepada anak pertama Wu Zetian, Li Hong. Namun, Putra Mahkota Li Hong berani menentang ibunya lantaran tindakannya yang kejam dan terlalu mencampuri urusan pemerintahan. Setelah pembangkangan tersebut, Li Hong meninggal mendadak.

Para sejarawan mempercayai bahwa Wu meracuni Li Hong. Li Xián, putra kedua Wu Zetian, lantas dinobatkan sebagai pengganti putra mahkota yang baru. Namun karena dianggap tidak sabaran (ingin segera menggantikan sang ibu menjadi kaisar) akhirnya ia juga dicopot dari hak tersebut, dan digantikan adiknya, Li Zhe (kelak menjadi Kaisar Zhongzong).

Sang Kaisar (Li Zhi) pun mulai sakit-sakitan dan tidak kuat untuk melanjutkan memimpin. Banyak yang curiga bahwa penyakit Kaisar Li Zhi akibat diracun. Ia memberi mandat kepada Wu Zetian untuk menggantikannya mengurus kerajaan, dan bertindak sebagai Kaisar.

D. Pemerintahan Wu Zetian : Mendirikan Dinasti Zhou (690–705)

Tahun 683, Kaisar Li Zhi mangkat, dan Li Zhe naik takhta sebagai Kaisar Zhongzong, sesuai dengan hukum istana. Wu Zetian bertindak sebagai wali kekaisaran (bergelar Huang Taihou 皇太后) dan masih turut serta mengatur urusan pemerintahan. Namun karena tak patuh pada sang Ibu, Li Zhe juga digulingkan.

Putra termuda Wu Zetian, Li Dan, kemudian dinaikkan ke takhta sebagai Kaisar Ruizong, yang sebenarnya hanya boneka Wu Zetian, dan sejatinya lebih mirip tahanan istana ketimbang seorang kaisar.

Ruizong pun kemudian menyerahkan tahta kepada ibunya. Dengan ini, Wu Zetian resmi menjadi Maharani (皇帝, huángdì), Kaisar wanita pertama di Tiongkok, dengan mendirikan (mengganti nama pemerintahan) Dinasti Zhou (武周; Wu Zhou).  Anak-anak Wu Zetian juga merubah marga nama mereka dari Li menjadi Wu, mengikuti marga sang Ibu.

Meskipun beliau terkenal dengan kekejamannya dan berambisi pada kekuasaan, Kaisar Wu Zetian memiliki sisi lain seperti pemimpin yang seharusnya. Berikut sisi lain Wu Zetian yang menjadikannya pemimpin yang kompeten :

1. Wu Zetian Mengungkap Korupsi Pejabat

Selama masa pemerintahannya, Wu Zetian berhasil mengungkap banyak kasus korupsi. Akibatnya, banyak pejabat yang dicopot dari kekuasaannya dan dihukum.

2. Mementingkan Kemampuan Daripada Koneksi

Dalam memilih pejabat, Wu Zetian lebih suka orang yang memiliki kompetensi daripada orang yang punya koneksi. Di masa itu, mereka yang ingin menjadi pejabat wajib lulus ujian kompetensi yang sesuai standar Sang Ratu. Hal ini berdampak positif bagi rakyat yang bukan dari kalangan atas, tetapi memiliki kecerdasan dan kemampuan sesuai jabatan yang ada.

3. Mengurangi beban pajak rakyat

Meskipun motifnya adalah untuk mendapat simpati masyarakat, pengurangan beban pajak tentu disambut baik. Rakyat menjadi lebih makmur karena berkurangnya kewajiban.

E. Wu Zetian, Satu-Satunya Kaisar Wanita di Tiongkok

Nama Wu Zetian merupakan salah satu wanita terkuat yang pernah hidup dan memerintah di daratan Tiongkok. Beliau tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Mengapa seorang wanita yang relatif lemah secara fisik dibanding laki-laki, dapat menaklukan sebuah Negara?

Ia merupakan Kaisar wanita pertama dan terakhir (satu2nya) di masa feodal perdinastian Tiongkok. Wu Zetian terlahir dengan nama Wu Mei Niang pada 17 Februari 624 di Lizhou. Wu hidup tanpa berkesusahan, sehingga Ia tidak pernah belajar melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti yang umum dilakukan gadis2 muda pada di masa itu.

Sebagai gantinya, ayahnya mendorong Wu untuk belajar dan membaca berbagai buku tentang politik, literatur, sejarah, musik, dan masalah2 kenegaraan. Pada usia 14 tahun, karena kecantikannya yang terkenal, Wu diangkat menjadi selir Kaisar Tang Taizong (Li Shimin) dengan status “Cairen”.

Selama menjadi selir Kaisar, Wu tidak mempu melahirkan seorang anak, sehingga pada saat Kaisar mangkat pada tahun 649, sesuai adat pada jaman itu, semua selir yang tidak bisa mempersembahkan anak, diasingkan ke kuil Ganye, dengan harapan mereka akan mengabdikan sisa hidup mereka kepada sang Buddha sebagai seorang Biksuni.

Namun takdir besarnya tidak ter-elakkan. Pada saat perayaan setahun wafatnya Kaisar Tang Taizong, sang Kaisar baru, Tang Gaozong (Li Zhi, putranya), berkunjung ke kuil Ganye untuk bersembahyang. Disana, bersama dengan permaisuri Wang, Ia melihat Wu sedang mencuci baju di halaman belakang.

Permaisuri Wang yang menyadari ketertarikan sang Kaisar, akhirnya mengajak dan mengangkat Wu untuk kembali ke istana, dengan tujuan mengalihkan perhatian sang Kaisar dari selir favoritnya, selir Xiao (namun Wu tetap dibawah kendalinya).

Tujuan awal permaisuri ini malah berbalik merugikan dirinya. Seiring waktu, sang Kaisar menjadi semakin tertarik dengan Wu. Puncaknya ketika Wu mampu menyingkirkan permaisuri Wang, dengan tuduhan membunuh anaknya. Permaisuri Wang pun dikurung dalam penjara istana, dan Kaisar Gaozong pun mengangkat Wu menjadi permaisurinya.

Sejak menjadi permaisuri, Wu menyusun basis kekuatan diantara para menteri dan pejabat Negara. Wu juga berhasil menyingkirkan para menteri yang menentangnya. Kaisar Gaozong yang lemah secara fisik, tidak mampu berbuat banyak, dan terkadang hanya mendengar arahan/masukan dari permaisurinya.

Kaisar Gaozong bahkan mencopot gelar putra mahkota dari Li Zhong 李忠 (anaknya dari hasil pernikahan dengan selir Liu, kemudian menjadi anak angkat Permaisuri Wang), dan menjadikan putra pertama Wu, Li Hong (李弘), sebagai putra mahkota (namun kemudian meninggal; secara mendadak; oleh sejarawan, dia diduga diracun oleh ibunya sendiri, karena banyak menentang kebijakan2 ibunya).

Pada akhir tahun 683, Kaisar Tang Gaozong mangkat, dan digantikan oleh anak laki2 Wu Zetian yang lain sebagai Kaisar baru, Li Xian 李顯, yang bergelar Kaisar Tang Zhongzong. Hal ini pun semakin mengukuhkan kekuasaan Wu Zetian sebagai Ratu dan Ibusuri.

Pada masa kekuasaannya (3 Januari 684 – 26 Februari 684), ketika Kaisar Zhonggong masih sangat muda, semua keputusan Kaisar merupakan keputusan dari ibunya, sehingga hanya menjadi kaisar boneka. Tak lama kemudian diambil alih sepenuhnya oleh sang Ratu, sebagai wali kekaisaran yang bergelar Huang Taihou 皇太后; yang kemudian mendirikan Dinasti Zhou (690-705).

Di jamannya, Wu mampu mengukuhkan perbatasan Dinasti Tang, memperkuat stabilitas ekonomi, serta mampu mensejahterahkan rakyat.

Ada kecurigaan bahwa sakitnya Sang Ratu akibat diracun oleh Zhang Yizhi dan saudaranya Zhang Changzong. 2 orang ini adalah kekasih (usianya jauh lebih muda, kasarnya, mereka mungkin adalah Gigolo, atau pemuas kebutuhan) Wu Zetian, dan selama ia sakit, hanya 2 bersaudara ini yang diperkenankan menjenguk langsung.

Pada tahun 706, Wu Zetian dikebumikan bersama suaminya, Gaozong, di Mausoleum Qianling, yang terletak di dekat ibu kota Chang’an di Gunung Liang (sekarang propinsi Shaanxi).

Sebelum mangkat, Wu Zetian mengangkat Li Xian kembali menjadi Kaisar dengan sebutan sebelumnya, yakni Kaisar Zhongzhong. Pengangkatan ini dilakukan pada 23 Februari 705.

Dengan demikian, nama pemerintahan pun kembali berganti menjadi Dinasti Tang, dan bertahan sampai tahun 907; sebelum wilayah China terpecah-pecah (periode 5 dinasti & 10 kerajaan). (*)