Lama Baca 19 Menit

Corona Menurun, Tiongkok Pulangkan Tim Medis, Indonesia Malah Kekurangan Tim

20 March 2020, 11:16 WIB

Corona Menurun, Tiongkok Pulangkan Tim Medis, Indonesia Malah Kekurangan Tim-Image-1

Petugas medis Tiongkok dipulangkan dari Wuhan - Image from cnnindonesia.com

Indonesia darurat corona, kasus corona semakin meningkat setiap harinya.

Dari pertama diumumkan oleh presiden Indonesia, ada 2 kasus pertama, selang beberapa hari sudah menjadi 309 kasus perhari ini (20/03/2020). Tak tanggung-tanggung korban yang meninggal mencapai 25 korban, dan 15 sembuh.

Sehari sebelumnya, pemerintah menyebut kasus positif corona mencapai 227 orang, dengan jumlah korban 19 orang dan 11 pasien sembuh.

Indonesia juga masuk dalam deretan tingkat kematian yang tertinggi di dunia akibat wabah virus corona ini. 

Sedangkan di Wuhan asal virus ini muncul kini telah menurun. Sehingga kelompok tenaga medis yang paling awal dikirim untuk membantu menangani kasus virus corona di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok berangsur dipulangkan mulai Selasa (17/3).

Menurut laporan Kantor Berita Xinhua, langkah itu dilakukan karena kasus infeksi di Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus corona semakin menurun.

Kelompok tenaga medis yang paling awal dikirim untuk membantu menangani kasus virus corona di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok berangsur dipulangkan mulai Selasa (17/3).

Ada sekitar 41 tim yang terdiri dari 3.675 orang tenaga medis tersebut akan dikembalikan ke kampung halaman masing-masing.

Sebelumnya para tenaga medis ini disebar di tujuh rumah sakit permanen khusus corona dan 14 rumah sakit darurat corona di seluruh Wuhan untuk menolong pasien yang terjangkit virus corona. Kondisi pasien beragam dari ringan hingga kritis.

Jumlah tim yang diperbantukan mencapai 42.600, termasuk 19 ribu tenaga kesehatan.

Pertambahan kasus baru positif virus corona di Tiongkok terus melambat dalam beberapa hari terakhir. Hari ini, Rabu (18/3) Tiongkok melaporkan hanya satu kasus baru Covid-19 di dalam negeri.

Meski demikian kasus infeksi virus corona di luar Tiongkok justru semakin bertambah. Seperti di Indonesia saat ini. Kasus corona meningkat secara drastis setiap harinya.

Indonesia Darurat Virus Corona

Jumlah pasien positif Virus Corona, per Kamis (19/3), bertambah menjadi 309 orang, dengan 25 orang di antaranya meninggal dunia.

“Total kasus hari ini adalah 309 orang” ujar juru bicara pemerintah khusus penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (19/3).

Dari angka itu, Yuri menyebut ada pula peningkatan jumlah korban yang meninggal dunia. Korban terbanyak berasal dari DKI, yakni 17 orang.

"Total kematian 25 orang, atau 8 persen dari kasus yang kita rawat," ungkapnya.

Ia juga menyebut ada 15 orang yang sembuh dari Corona setelah menjalani dua kali tes Corona.

"Total yang sudah sembuh keseluruhan 15 orang," tandasnya.

Padahal sehari sebelumnya, Pemerintah telah menyebut kasus positif Corona mencapai 227 orang, dengan 19 orang meninggal dunia, dan 11 pasien sembuh. Kini meningkat dengan drastis dalam sehari.

Virus Corona Mulai Mereda, Tenaga Medis di Tiongkok Rayakan dengan Lepas Masker

Di Indonesia sedang darurat Corona sedangkan di Tiongkok sudah mereda. Para medis pun juga sudah banyak yang dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing setelah bertugas di Wuhan.

Di Wuhan, Tiongkok sebagai tempat pertama kali virus Corona diidentifikasi, kini sudah mulai menutup 16 rumah sakit khusus penanganan virus Corona sepekan terakhir ini. Hal ini lantas dirayakan oleh para tenaga medis yang terlibat di depan melawan wabah corona yang pandemi ini.

Beredar video sejumlah dokter dan perawat merekam aksinya melepas masker sebagai wujud perayaan bahwa Wuhan kini sudah mulai bangkit dari virus Corona. Dan mereka lega dengan tugas dan kerja keras yang telah dilakukan.

Bersamaan sembari berdiri dan membuka masker dengan ceria, terlihat di raut wajah mereka, mereka juga ingin memberikan pesan positif untuk dunia. Dikutip dari akun Twitter @redfishstream, video yang berdurasi 35 detik ini mendapatkan banyak respon yang beragam dari warganet Twitter. 

Berikut ini aksi tenaga medis rayakan menurunnya kasus virus Corona

Sedangkan di Indonesia pelayanan dan tenaga medis masih kurang. Banyak pasien PDP yang dibiarkan lepas begitu saja. Dokter muda yang malah takut kalah dengan dokter yang tua. Banyak rumah sakit yang tidak menerima pasien corona.

Seharusnya Indonesia bisa meniru cara Tiongkok untuk mengatasi corona.

5 Kesalahan Indonesia dalam Pencegahan Virus Corona

1. Pasien PDP corona dibiarkan lepas

Baru-baru ini tengah beredar video seorang perempuan yang diidentifikasi sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) virus Corona (COVID-19) yang dilepaskan begitu saja oleh rumah sakit, tanpa perlu diisolasi dan diberi pelayanan.

Dalam video tersebut, tampak seorang perempuan mengenakan masker. Sambil memegang handphone, ia merekam saat ia berada di rumah sakit. Dan mengatakan bahwa ia termasuk pasien PDP tapi dibiarkan begitu saja oleh pihak rumah sakit.

"Ini aku udah kategorinya PDP (pasien dalam pengawasan) dan rumah sakit itu nggak tahu harus ngapain. Nggak tahu harus gimana. Kita bisa dilepas begitu saja. Disarankan ke empat rumah sakit besar. Tanpa pengawasan," kata perempuan dalam video itu.

Perempuan ini khawatir dengan kondisinya. Masalahnya bukan persoalan tentang dirinya saja, tapi apabila dia bisa menularkan virus (seandainya ada) kepada orang lain disekitarnya.

"Artinya kalau aku males lanjut ke rumah sakit besar yang ditunjuk itu, aku cuma balik ke rumah. Lalu baku berhubungan dengan tetangga kanan-kiri. Dan I'm fine, aku ngerasa fine tapi ternyata aku positif, itu nggak tahu dampaknya kayak apa," kata perempuan itu.

Penting untuk dipahami, pasien dalam pengawasan adalah orang yang harus dirawat dan diisolasi karena telah menunjukkan gejala influenza yang mendekati ciri gejala Corona. Apabila ternyata pasien ini memiliki riwayat berinteraksi dengan pasien positif Corona, statusnya akan ditingkatkan menjadi suspect corona

Meski pihak rumah sakit telah memberikan klarifikasi. Namun menurut penjelasan dari juru bicara pemerintah terkait wabah virus corona. Memang banyak rumah sakit yang tak mau citranya turun karena merawat pasien corona.

2. Banyak rumah sakit menolak pasien corona

Banyak sekali rumah sakit yang menolak pasien corona. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah Kasus Virus Corona (Covid 19), yaitu Achmad Yurianto.

Pernyataan tersebut untuk menjawab video yang viral yang telah kami sampaikan diatas penjelasannya

Yurianto tidak menutupi sama sekali bahwa hal itu dapat terjadi karena memang hampir semua rumah sakit menolak untuk menerima pasien corona demi tetap mempertahankan citranya.

“Kita menyadari betul bahwa beberapa rumah sakit, dia menjaga citranya dengan ‘Jangan sampai ketahuan orang bahwa saya merawat COVID-19’. Kalau ketahuan nanti semua pasien yang lain tidak mau datang, ini adalah bisnis, itu yang terjadi,” kata Yurianto.

Sejak awal pihaknya sangat menyadari hal ini yang menjadi pekerjaan rumah tambahan yang harus ia tanganinya.

“Banyak sekali rumah sakit yang menolak kasus ini. Itulah kenapa kami dari awal keras untuk tidak pernah mau menyebut nama rumah sakit. Kami tidak pernah mau merilis nama rumah sakit kecuali Sulianti Saroso dan Persahabatan, ya takdirnya sebagai rumah sakit rujukan,” kata Yurianto.

Rumah sakit yang diceritakan dalam video tersebut sudah melanggar hukum karena menolak pasien tanpa prosedur yang kurang baik. “Melanggar (hukum), boleh dia menolak pasien dengan alasan yang jelas, boleh dia merujuk pasien dengan alasan yang jelas, bukan berarti kayak pasar ‘silahkan Anda cari sendiri, kami tidak mau terima’,” jelas Yurianto.

3. Dokter muda takut tangani pasien corona

Corona Menurun, Tiongkok Pulangkan Tim Medis, Indonesia Malah Kekurangan Tim-Image-2

Dokter Handoko melawan corona - Image from hype.grid.id

Dibalik banyaknya dokter muda yang takut melawan virus corona, ada dokter berusia 80 tahun yang tak gentar melawan virus ini. Ia berjuang membantu pasien yang terjangkit corona dengan sekuat tenaga. Dokter tersebut ialah dokter Handoko.

Dokter Handoko Gunawan kini viral di media sosial karena perjuangannya membantu pasien melawan corona. Dokter Handoko disebut menjadi salah satu tenaga medis yang berjuang melawan virus Corona di Indonesia.

Perjuangannya ini pun mendapat banyak simpati dan dukungan dari netizen. Dokter Handoko menjadi viral, karena ada salah satu pasiennya yang memberikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada dokter Handoko karena sempat mengobatinya.

Semangat pengabdian dokter Handoko Gunawan tak terbatas walau ia tau usianya tak muda lagi tapi semangatnya besar. Di saat banyak dokter-dokter yang berusia lebih muda darinya takut menangani pasien positif Virus Corona yang diterima RS Graha Kedoya, dokter Handoko Gunawan justru siap mati menangani dua pasien dengan pandemi jenis baru tersebut

Kabar terakhir kini dokter Handoko mengalami sesak nafas dan harus dirawat di ICU.

4. Tenaga medis kekurangan APD saat tangani pasien corona

Corona Menurun, Tiongkok Pulangkan Tim Medis, Indonesia Malah Kekurangan Tim-Image-3

Tenaga medis hanya pakai jas hujan - Image from jateng.idntimes.com

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, banyak para tenaga medis, baik dokter maupun perawat, mengeluhkan kekurangan alat pelindung diri (APD) untuk mereka. Akibatnya, banyak petugas kesehatan yang menjadi korban. Mereka hanya memakai mantel biasa karena tak ada alat pelindung diri.

Meski belum ada laporan berapa jumlah kekurangan APD, pihak ID telah menghimpun APD yang kurang dalam satu set, yaitu terdiri dari masker wajah hingga baju pelindung khusus untuk melindungi dari penyebaran corona.

Kabarnya tenaga kesehatan menyiasati kurangnya APD  ini dengan menggunakan plastik seadanya, sebagai pengganti baju pelindung, termasuk jas hujan plastik yang dimodifikasi untuk melindungi, hingga banyak dari mereka yang hanya memakai masker biasa saja.

Yang jelas-jelas sangat kurang aman dan safety dalam menangani pasien corona yang sudah kritis.

Akibat kekurangan ini, pengurus besar ID menyebutkan, banyak tenaga kesehatan yang sudah menjadi korban positif terinfeksi virus ini. Bahkan, ia menyebutkan, sudah banyak tenaga kesehatan yang dirawat.

5. Warga Indonesia diliburkan malah liburan

Corona Menurun, Tiongkok Pulangkan Tim Medis, Indonesia Malah Kekurangan Tim-Image-4

Pantai carita dipenuhi wisatawan - Image from www.cerpen.co.id

Disaat hampir semua pemerintah daerah memberlakukan partial lockdown bagi para warganya demi mengurangi penyebaran virus corona, justru banyak warga yang malah melakukan tindakan sebaliknya.

Alih-alih tinggal di rumah demi mensupport niat baik pemerintah dalam mengontrol penyebaran virus corona, para warga santuy ini malah memanfaatkan waktu social distancing selama 2 pekan dari pemerintah untuk berlibur bersama keluarga. 

Hari ini, pantai Carita-Anyer, Banten dibanjiri wisatawan dari Jakarta yang mayoritas adalah orangtua yang mendapat kebijakan work from home, dan anak-anak yang mendapat kebijakan sekolah jarak jauh dari Pemprov DKI. 

5 Trik Tiongkok yang Bisa Ditiru di Indonesia untuk Penanganan Corona

Kinerja pemerintah Tiongkok dalam menangani wabah virus corona patut diapresiasi. Tiongkok telah berhasil menekan presentasi angka kematian pasien akibat terjangkit virus corona, COVID-19.

Ada dua kota di Tiongkok yang dinilai sangat sigap menghadapi isu pandemi corona ini kota itu adalah Zhejiang dan Hangzhou.

Berikut ini merupakan 5 kebijakan pemerintah Tiongkok yang bisa ditiru dan diterapkan di Indonesia selama wabah virus corona menyerang ini: 

1. Kecepatan dan akurasi

Hanya perlu waktu seminggu saja bagi Tiongkok untuk mengidentifikasi virus corona yang tergolong baru ini. Hasil yang mereka dapat pun segera dilaporkan ke WHO.

Sebagai perbandingan, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengidentifikasi SARS pada 2003 silam. Bahkan diperlukan beberapa tahun untuk mengidentifikasi HIV pada 1980-an.

Proses identifikasi COVID-19 yang cepat inilah membuat ilmuwan di berbagai penjuru dunia langsung dapat bekerja untuk mengembangkan alat uji, treatment, hingga vaksin yang dapat digunakan untuk melawan virus corona di kemudian hari.

Salah satu hal yang patut dicontoh dalam penanganan epidemik adalah metode deteksi yang spesifik, terpercaya, akurat, dan cepat. Saat virus corona mewabah pertama kali dan menjangkit Wuhan, alat uji yang tersedia masihlah tidak memadai.

Administrasi Nasional Produk Medis Tiongkok kemudian mengambil langkah cepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan biotek guna mengembangkan alat uji.

2. Keputusan tepat di waktu yang tepat

Langkah-langkah yang diambil pemerintah Tiongkok dan pakar kesehatan ini sudah terbukti efektif dan manjur untuk menekan penyebaran COVID-19. Hal berikut ini merupakan tindakan yang ditempuh pemerintah Hangzhou:

Langkah pertama, mulai dari menyediakan informasi dan arahan yang jelas tentang cakupan wilayah yang mengalami lockdown. 

Langkah kedua, mengawasi implementasi kebijakan hingga ke tingkat individu, apartemen, perumahan, komunitas, organisasi, fasilitas publik, dan kota.

Langkah ketiga, memastikan kebutuhan pokok dan pangan tetap tersedia melalui kebijakan pemerintah yang terorganisir dan terkontrol.

Langkah keempat, menciptakan fasilitas kesehatan untuk memonitor, mengisolasi, dan merawat pasien terjangkit viruc corona. 

Langkah kelima, membuat sistem tracking untuk menangani laporan yang bekerja 24/7/, lalu keenam Menciptakan pusat pelaporan dan chanel komunikasi supaya masyarakat tetap mendapatkan informasi terkait dengan situasi terkini.

3. Penggunaan big data dan teknologi

Hangzhou menjadi kota pertama yang menggunakan big data untuk menangani persebaran korona. Mereka menamai sistem tersebut dengan “Satu peta, satu QR code, dan satu indeks.”

Langkah pertama, setiap orang harus mengecek dan mencatat temperatur mereka. Selalu ada pembaruan berkala dilakukan setiap hari untuk meninjau status kesehatan setiap individu.

Langkah kedua, database kesehatan dikelola dan diawasi dengan baik oleh Hangzhou’s Center for Disease Control and Prevention ( Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hangzhou)

Langkah ketiga, menggunakan QR code untuk semua orang, baik di dalam kota maupun yang hendak memasuki kota. Jika kode hijau, tandanya dapat bergerak bebas. Jika kode kuning, harus menjalani karantina selama tujuh hari. Jika kode merah, karantina selama 14 hari. Kode kuning dan merah dapat berubah menjadi hijau setelah karantina

4. Kerja sama semua pihak

Hangzhou, adalah kota dengan 10 juta penduduk. Hal inilah yang membuat penanganan pandemi harus dilakukan menyeluruh hingga ke seluruh sistem dan semua penjuru. Oleh karena itu, banyak bisnis, organisasi, sekolah, dan universitas mulai menerapkan sistem belajar berbasis daring dan work from home.

Selama grafik persebaran pandemi masih tinggi, lebih baik menjauhi kerumunan orang banyak dan kontak dengan banyak orang. Tiongkok kemungkinan merugi miliaran dolar karena menerapkan sistem ini, tapi setidaknya ini adalah keputusan yang tepat untuk mencegah penyebaran corona.

5. Keterbukaan informasi

Pemerintah Tiongkok bersikap transparan dalam menyediakan akses informasi bagi publik luas. Di Tiongkok, media-media besar memberikan informasi terkait COVID-19 setiap harinya, mulai dari angka pasien yang terjangkit dan meninggal, hasil dari perawatan medis hingga sembuh, rencana kebijakan yang akan diterapkan selanjutnya, sampai prosedur dan imbauan untuk diikuti.

Selain itu, Salah satu Universitas di Tiongkok yaitu Universitas Zhejiang juga ikut serta dalam penanganan pandemi corona ini. 

Mereka mengembangkan materi yang mudah dimengerti untuk murid dan publik luas mengenai penyakit COVID-19, lengkap dengan cara pencegahan dan penanganannya. Pihak universitas juga aktif menyuarakan isu ini di televisi dan koran.

“Kami percaya, ini adalah tanggung jawab para ahli kesehatan untuk menyajikan informasi yang faktual dan ilmiah bagi banyak orang dan memimpin mereka untuk memerangi penyakit ini,” tutur perwakilan universitas.

Seharusnya Indonesia bisa meniru beberapa langkah yang dilakukan Tiongkok untuk menghadapi wabah virus corona ini. Jika tidak maka kasus corona dan jumlah kematian akan semakin meningkat.