Zomato - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
India, Bolong.id - Di tengah pemboikotan produk-produk Tiongkok di India yang sedang ramai terjadi akhir-akhir ini dan pandemi COVID-19, Zomato, aplikasi pengiriman makanan yang didirikan oleh dua warga India, Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah mengungkapkan pendapatannya untuk tahun finansial 2020 tumbuh 105 persen menjadi $ 394 juta atau sekitar 5,6 triliun rupiah, sementara kerugian naik sekitar 6 persen menjadi $ 293 juta atau setara dengan 4,2 triliun rupiah.
Melansir Business Standard, dalam laporan tahunannya, COVID-19 telah mempercepat perjalanan perusahaan menuju profitabilitas, terlepas dari hambatan-hambatan yang ada.
"Sementara COVID-19 telah memengaruhi ukuran bisnis kami, ia telah mempercepat perjalanan kami menuju profitabilitas. Dalam hal ukuran bisnis, COVID-19 telah membuat kami mundur. Namun, COVID-19 telah berdampak positif terhadap kesehatan bisnis kami.”
Zomato melaporkan, pada bulan Juli, ia memperkirakan kenaikan bulanan berada di bawah $1 juta atau sekitar 14 miliar rupiah, sementara pendapatan harus mendarat di sekitar 60 persen dari sebelum COVID-19 yaitu $23 juta per bulan atau setara 331 miliar rupiah. Perusahaan tersebut berharap memulihkan ekonominya selama 3-6 bulan ke depan sambil terus mempertahankan kontrol ketat pada profitabilitas.
Namun, melihat pemboikotan yang dilakukan India terhadap Tiongkok apabila gelombang pemboikotan ini tidak bisa dikontrol, maka India akan mengalami kesulitan ekonomi dalam masa mendatang. Pasalnya, seperti dikutip dari cunman.com, banyak perusahaan Tiongkok mulai menunda investasi di India. Menurut laporan media asing, baru-baru ini, Jack Ma (马云) dalam grup Alibabanya (阿里巴巴) secara resmi telah berhenti berinvestasi dengan Zomato.
Beberapa analis telah menunjukkan bahwa jika investasi Alibaba (阿里巴巴) tertunda dan Zomato tidak dapat menemukan mitra pembiayaan baru, perusahaan yang dikenal sebagai "Meituan (美团点评) versi India" mungkin akan menghadapi krisis kebangkrutan. (*)