Lama Baca 3 Menit

Survei Menunjukkan: Lulusan Tiongkok Butuh Dukungan Lebih Untuk Mencari Pekerjaan, Bagaimana Indonesia?

05 July 2020, 14:14 WIB

Survei Menunjukkan: Lulusan Tiongkok Butuh Dukungan Lebih Untuk Mencari Pekerjaan, Bagaimana Indonesia?-Image-1

Ilustrasi Survei - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Sebuah surat kabar pemuda, China Youth Daily, melaporkan dalam sebuah survei, lebih dari 91 persen lulusan universitas Tiongkok membutuhkan lebih banyak lagi dukungan untuk mencari pekerjaan di tengah COVID-19. Menurut Departemen Pendidikan, diperkirakan jumlah lulusan perguruan tinggi Tiongkok pada tahun 2020 akan mencapai 8,74 juta orang.

Melansir Xinhua, sebanyak 73,9 persen dari 1.925 responden mengatakan, banyak lulusan baru di sekitar mereka sudah menemukan pekerjaan, sementara 24,3 persen lainnya merasa tidak begitu optimis.

Menurut survei tersebut, kesulitan utama lulusan dalam menemukan pekerjaan adalah gaji yang kurang dari yang diharapkan, menyusutnya tingkat rekrutmen, dan kesulitan untuk mengunjungi lokasi pekerjaan yang potensial, karena pembatasan sosial yang masih harus dilakukan.

Sekitar 33,1 persen dari mereka yang mengikuti survei mengatakan, mereka juga mengalami kesulitan mempelajari prospek perkembangan industri terkait di tengah epidemi. Sementara 27,2 persen khawatir tentang kurangnya pengalaman melamar pekerjaan via online. Untuk membantu mereka mengatasi tantangan, 57,8 persen responden mengharapkan agar prosedur kerja bisa disederhanakan.

Sekitar 53,3 persen menyarankan untuk mengumpulkan dan memberikan lebih banyak informasi lowongan kepada lulusan, sementara 35,1 persen meminta upaya untuk memverifikasi informasi dari pemberi kerja. Selain itu, 34,1 persen responden mengatakan, mereka membutuhkan pelatihan pencarian kerja online.

Tak berbeda dengan Tiongkok, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia pun semakin memburuk akibat COVID-19. Peneliti lembaga penelitian SMERU (Social Monitoring and Early Response Unit), Muhammad Adi Rahman mengatakan, COVID-19 akan membuat pasar kerja lebih sulit untuk ditembus, hingga beberapa tahun ke depan. “Persaingannya akan lebih ketat karena lulusan baru ini harus bersaing tidak hanya dengan lulusan baru lainnya, tetapi juga dengan pencari kerja yang ter-PHK akibat krisis,” katanya.