Lama Baca 3 Menit

Walah, Polusi Udara di Tiongkok Kembali Tinggi Pasca Pandemi

05 June 2020, 10:14 WIB

Walah, Polusi Udara di Tiongkok Kembali Tinggi Pasca Pandemi-Image-1

Polusi Udara di Tiongkok Kembali Meningkat Pra Covid - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id – Polusi udara di Tiongkok dilaporkan kembali meningkat seperti pada level sebelum terjadinya pandemi. Hal ini terjadi tidak lama pasca Tiongkok menghapus kebijakan lockdown di seluruh wilayahnya dan kehidupan kembali berjalan normal seperti sedia kala. Aktivitas pabrik dan kendaraan pun telah kembali beroperasi sehingga memicu polusi udara di Tiongkok kembali meninggi.

Pusat penelitian energi dan udara bersih (Crea) mencatat, data konsentrasi partikel halus (PM2.5) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Tiongkok pada masa puncak tanggap darurat virus Covid-19, khususnya pada awal Maret 2020 sempat mengalami penurunan, dengan rincian, tingkat NO2 turun 38% dan tingkat PM2.5 turun 34% dibanding tahun 2019. 

Namun, setelah kebijakan lockdown dilonggarkan, tingkat NO2 dan PM2.5 di Tiongkok kembali berada pada level yang sama seperti tahun sebelumnya. Dilansir dari theguardian.com, kondisi kota Wuhan saat ini berada pada tingkat NO2 14% lebih rendah dari tahun lalu, setelah sempat turun hampir setengahnya. Sementara di kota Shanghai, tingkat NO2 terakhir 9% lebih tinggi dari tahun lalu. 

Eropa bernasib sama

Beberapa ilmuwan mengatakan, jika kondisi yang dialami Tiongkok juga akan terjadi di langit Eropa. Pasalnya, saat ini sejumlah negara di Eropa telah menerapkan pelonggaran dalam menghadapi wabah pandemi. Seperti diketahui selama penerapan lockdown, tingkat polusi udara di kota-kota Eropa mengalami penurunan drastis. 

Lembaga Copernicus Atmosphere Monitoring Service (Cams) mencatat, dari data 50 kota di Eropa, 42 diantaranya menunjukkan level NO2 berada di bawah rata-rata pada bulan Maret 2020. Tim Cams saat ini telah bekerja sama dengan Barcelona Supercomputing Center untuk menguraikan faktor cuaca dan interaksi bahan kimia dari polutan serta menghasilkan perkiraan kuat dari efek pandemi COVID-19 terhadap perubahan polusi udara yang disebabkan oleh penguncian dan relaksasi wilayah. 

Tak hanya benua Eropa, kondisi di Indonesia juga diperkirakan tak akan jauh berbeda. Sebelum terjadinya pandemi, tingkat polusi udara di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya DKI Jakarta dilaporkan sangat buruk, namun selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan Work From Home, polusi udara di kota Jakarta mengalami penurunan.*