Lokasi calon resor milik Donald Trump di Bogor - Image from The Washington Post
Bogor, Bolong.id - Bagaimana proses Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump investasi properti di Bogor? Dikutip dari The Washington Post, 16 Mei 2020, karena kenal Bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo. Bagaimana Trump kenal Hary? "Hary beli rumah Trump di Beverly Hills," tulis media AS itu.
Berikut ini laporan The Washington Post tentang itu yang rinci, hasil investigasi. Dan, tanpa bantahan dari berbagai pihak.
Trump dan Hary sesama pengusaha. Tapi yang membuat mereka akrab, sejak Hary membeli sebuah rumah besar mewah di Beverly Hills, California, 2019. Rumah itu semula milik Trump. Harganya USD13,5 juta (sekitar Rp189 miliar). Tapi, sebelum transaksi itu mereka sudah akrab.
Trump, sebelum jadi presiden, perusahaannya sedang giat ekspansi internasional. Pada 2014, Trump membeli dua lapangan golf di Skotlandia dan Irlandia, USD79 juta tunai.
Ketika Trump menjadi presiden, perusahaan miliknya tidak menambah proyek asing baru. Donald Trump Jr. mengatakan kepada wartawan selama kunjungannya ke Jakarta, tahun lalu bahwa perusahaan miliknya hanya melanjutkan yang sudah berjalan.
Ternyata, proyek pembangunan resor di Bogor berjalan lamban. Terhambat pembebasan lahan. Terutama, pemindahan makam.
Itu terjadi dua tahun lalu ketika perwakilan MNC mendekati warga di Ciletuh Hilir dan menawarkan untuk membayar mereka untuk merelokasi jenazah dari kuburan desa yang terselip di rerimbunan pohon. Kuburan digali, jenazah dipindah makamkan ke Gombong Onan.
Warga setempat bernama Firmansyah, mengatakan: “Tidak ada komunikasi sebelumnya, tidak ada musyawarah, tidak ada mufakat." Akhirnya, makam dipindahkan.
Firmansyah mengatakan dia menangis ketika membantu orang mengubur kembali jenazah pada hari itu. Karena pemakaman kembali dilakukan tidak semestinya.
"Saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata campuran emosi yang kami rasakan saat itu," kenangnya. "Kami kesal, marah, semuanya menjadi satu."
Iyum, warga setempat menceritakan, saat itu dua jenazah kerabatnya digali. Yakni, Susanti Binti Caing dan Ade Holisah Binti Caing, meninggal pada 1985 dan 1988. Iyum, tidak ada di sana saat pemindahan jenazah.
"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu sampai mereka digali," katanya. "Aku terkejut. Aku menangis."
Suami Iyum meninggal, sekitar seminggu sebelum penggali kubur datang. “Saya ingin anak-anak saya di sini. Di mana mereka seharusnya berada, ”katanya.
Iyum dan Heri mengadu ke polisi. Laporan Iyum, ditulis oleh pengacaranya dan diajukan ke polisi Bogor tiga minggu setelah kuburan digali, mencatat bahwa putrinya "sama sekali tidak ada hubungannya" dengan pria yang menyetujui relokasi kerabatnya, menurut salinan yang diperoleh The Washington Post.
"Kedua jenazah belum dikembalikan ke kuburan mereka," bunyinya.
Kontroversi di pemakaman dengan cepat memicu protes. 13 Februari 20 penduduk desa berkumpul di luar kantor polisi Bogor, sebuah adegan yang ditangkap oleh media lokal. Sembilan hari kemudian, sekelompok warga desa melakukan protes di depan Gedung DPR dan Istana Presiden di Jakarta, menurut foto-foto acara yang diberikan kepada The Washington Post.
Dalam surat kepada Hary Tanoesoedibjo dan Presiden Joko Widodo pada bulan-bulan berikutnya, pengacara yang mewakili desa tersebut mengatakan bahwa penduduk mengalami "tekanan traumatis dan psikologis yang dalam" dari tindakan MNC dan aparat keamanan Indonesia, seperti hilangnya tanah pertanian milik penduduk hingga dukungan militer. tindakan di kuburan.
“Penolakan warga tidak diindahkan,” bunyi surat kepada Tanoesoedibjo, tertanggal 3 April 2019, “sampai-sampai terjadi keributan fisik, dan petugas terus melakukan pengrusakan pekuburan secara paksa dan tanpa henti. menghargai hak asasi manusia. "
Pengacara Anggi Triana Ismail, mewakili penduduk desa, mengirim surat ke pengadilan setempat, meminta dialog mediasi antara warga dengan pihak MNC Land antara Desember 2019 dan Februari 2020. Tapi belum ada tanggapan.
Warga Ciletuh Hilir mengatakan sekitar 2.000 orang dimakamkan di kuburan seluas tiga hektar itu. Banyak kuburan tidak bertanda, kecuali tanaman dan anak pohon yang menjulang dari gundukan tanah.
Setiap Kamis malam, Abdullah Sayuti, ulama desa, memimpin doa bersama warga di sana. Berharap, kondisi bakal lebih baik. (*)