Lama Baca 3 Menit

Gawat, Media Tiongkok Beri Kritik Pedas Terhadap Amerika! Cari Perang?

04 June 2020, 21:33 WIB

Gawat, Media Tiongkok Beri Kritik Pedas Terhadap Amerika! Cari Perang?-Image-1

presiden tiongkok dan amerika - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Jakarta, Bolong.id - Presiden AS Donald Trump mengkritik Tiongkok karena ditetapkannya undang-undang keamanan nasional baru untuk Hongkong, kini Tiongkok "membalas" AS perihal ketidaksetaraan rasial yang terjadi di negara Paman Sam tersebut. Beberapa media pemerintah Tiongkok mengkritik bahwa AS telah hancur dan menjadi "negara gagal" saat demonstrasi yang sedang berlangsung di seluruh Amerika itu dan juga "mengecam" Presiden AS Donald Trump sebagai 'presiden rasis'.

"Presiden rasis" adalah julukan untuk Donal Trump yang tidak bisa menangani insiden meninggalnya George Floyd yang tewas di tangan opnum polisi, Derek Chauvin. Sebuah surat kabar bahkan mengklaim bahwa ketika dunia menyaksikan AS tengah dihantam dengan kerusuhan besar-besaran, penjarahan, kekacauan dan meningkatnya kekerasan. Para pejabat AS, justru tidak merenungkan dan mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi pokok masalah tersebut, dan malah berdalih bahwa situasi ini disebabkan oleh "sayap kiri", "berita palsu " dan "pengaruh eksternal".

Sebelumnya, Washington terus menuduh Tiongkok yang dirasakan tidak transparan terkait dengan merebaknya wabah COVID-19 yang menyebabkan seluruh dunia harus menderita karenanya, bahkan AS menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar di dunia. Washington juga menyatakan ketidaksetujuannya setelah pemerintah Tiongkok mengeluarkan undang-undang kemananan nasional untuk Hong Kong. Namun, ketika unjuk rasa berujung risuh terjadi di AS selama akhir pekan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying (华春莹), membalas Washington dengan menuliskan sebuah komentar di Twitter, "Saya tidak bisa bernafas." sebagai komentar akan tweet juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, yang mengkritik pemerintah Tiongkok atas kebijakannya pada Hong Kong. Kata-kata tersebut diucapkan oleh George Floyd sebelum kematiannya, dan menjadi sumber kemarahan para pengunjuk rasa di AS.