Lama Baca 3 Menit

Prancis: Kita Masih Mendukung Prinsip “Satu Negara, Dua Sistem”-nya Hong Kong

06 June 2020, 20:20 WIB

Prancis: Kita Masih Mendukung Prinsip “Satu Negara, Dua Sistem”-nya Hong Kong-Image-1

Presiden Emmanuel Macron dan Presiden Xi Jinping - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Paris, Bolong.id - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping (习近平) bahwa ia selalu mengikuti perkembangan peristiwa yang terjadi di Hong Kong, dan terus mendukung prinsip "satu negara, dua sistem" yang diterapkan pemerintahan Beijing atas Hong Kong. Hal tersebut diungkapkan seorang pejabat Élysée Palace, di kediaman resmi Presiden Republik Prancis, seperti yang dikutip dari laman reuters.com.

"Presiden mengatakan bahwa dia sedang memantau situasi Hong Kong dengan cermat dan menegaskan kembali dukungan Prancis atas prinsip 'satu negara, dua sistem'," kata pejabat tersebut pada hari Sabtu (06/06).

Tiongkok telah menyetujui undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong, yang membuat para aktivis demokrasi, diplomat, dan sebagian orang di sana ketakutan kalau hal tersebut dapat membahayakan status semi-otonom dan peran Hong Kong sebagai pusat keuangan global. Undang-undang tersebut juga kembali memunculkan ketegangan antara Washington dan Beijing, serta membuat Uni Eropa kemudian menyatakan "keprihatinan yang serius"-nya pekan lalu.

Ditambah, pejabat yang bersangkutan juga mengatakan bahwa pembahasan mengenai Hong Kong telah dibahas hingga satu setengah jam melalui panggilan telepon antara Macron dan Xi pada hari Jumat (05/06). Élysée sebelumnya telah melaporkan tentang perbincangan kedua pemimpin negara tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat malam kemarin (05/06), namun tanpa menyebutkan Hong Kong di dalamnya. Pernyataan tersebut juga merujuk pada kerja sama dalam menanggulangi pandemi COVID-19, dengan mengatakan bahwa Macron menekankan peran penting WHO yang sebelumnya disalahkan oleh Washington, karena salah dalam menangani krisis yang sedang terjadi.