Lama Baca 3 Menit

Studi Mengenai Tingkat Imunitas Manusia di Wuhan Sedang Dilakukan

14 April 2020, 17:49 WIB

Studi Mengenai Tingkat Imunitas Manusia di Wuhan Sedang Dilakukan-Image-1

Pasien dan petugas medis - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Para dokter di Wuhan telah merancang studi epidemiologi untuk mencoba menemukan sebuah misteri di dalam tingkat kekebalan manusia terhadap COVID-19 di kota tersebut. Studi epidemiologis dilakukan berdasarkan pemeriksaan serologis, untuk mengetahui seberapa banyak orang yang sehat yang dapat terinfeksi virus tanpa menunjukkan gejala apapun (asimtomatik), kemungkinan hasilnya akan diperoleh dalam beberapa minggu kemudian. Zhang Wenhong, pemimpin tim medis Shanghai mengatakan, "Saya rasa beberapa orang di Wuhan telah memiliki kekebalan akan virus, kekebalan terhadadap lingkungan terpapar virus pun dapat terbentuk dengan sendirinya, di kota di mana jumlah pasien terinfeksi virus cukup besar. Jadi saya pikir, di Tiongkok, kota yang mungkin memiliki kekebalan tertinggi terhadap COVID-19, Wuhan, mungkin sekarang telah menjadi kota teraman di negeri ini." 

Dia mengatakan, hasil penelitian tersebut akan memverifikasi spekulasi yang beredar, dengan menentukan tingkat antibodi terhadap virus. WHO juga merencanakan pengadaan penelitian internasional untuk menguji sampel darah manusia, agar mengetahui keberadaan antibodi virus. Michael Ryan, direktur eksekutif WHO untuk kesehatan keadaan darurat, mengatakan, “Mengetahui jumlah kasus sebenarnya, termasuk yang ringan, akan membantu menentukan prevalensi dan tingkat kematian COVID-19 dalam kelompok usia yang berbeda, dan juga akan membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan durasi terbaik karantina.  

"Pandangan umum di kalangan akademis juga merasa bahwa virus baru ini tidak akan hilang tahun pada ini, mungkin akan ada kurva rebound di musim dingin," kata Jiang Qingwu, profesor dari Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Fudan Shanghai. "Hasil studi tersebut dapat memberikan pengetahuan dan solusi untuk kesehatan masyarakat dalam melawan pandemi, sebelum puncak pandemi berikutnya tiba." Ia menambahkan, “Jika tingkat infeksi tanpa gejala ternyata lebih tinggi dari perkiraan para peneliti dan dokter, itu berarti, pandemi ternyata lebih sulit untuk dikendalikan.” 

Studi ini harus dimulai sesegera mungkin, karena satu jenis antibodi dalam darah hanya ada selama beberapa hari setelah terinfeksi. Untuk membuat hasil studi tersebut menjadi stabil dan dapat diandalkan, setidaknya sebanyak 10.000 orang perlu diuji. Jiang mengatakan bahwa beberapa peneliti muda di universitas tertarik untuk melakukan studi epidemiologi tersebut, dan penting untuk melakukan itu di antara orang yang mempunyai kontak dekat dengan pasien yang sudah dikonfirmasi tertular COVID-19.