Lama Baca 4 Menit

Suku Uygur Katanya Dilarang Berpuasa Saat Bulan Ramadan, Pemerintah Xinjiang: Omong Kosong Itu!

02 June 2020, 21:27 WIB

Suku Uygur Katanya Dilarang Berpuasa Saat Bulan Ramadan, Pemerintah Xinjiang: Omong Kosong Itu!-Image-1

Muslim Uygur - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Xinjiang, Bolong.id - Pemerintah daerah otonomi Xinjiang Uygur, pada hari Senin (01/06/2020), membantah tuduhan bahwa umat Islam dilarang berpuasa di wilayah tersebut selama Ramadan, dan mengatakan bahwa isu ini dibuat oleh kelompok "Turkistan Timur" dari luar negeri. Baru-baru ini, kelompok "Turkistan Timur", yang memiliki tujuan untuk memisahkan Xinjiang dari RRT, menuduh bahwa RRT telah melarang Muslim untuk melakukan ibadah puasa Ramadan, dan situs web "Kongres Uygur Dunia" mengumumkan rencananya untuk mengirim video yang isinya mengatakan bahwa orang-orang Uygur selalu "dianiaya" selama bulan Ramadan kemarin.

"Tuduhan larangan berpuasa oleh kelompok di luar negeri ini adalah omong kosong. Setiap bulan Ramadan, mereka selalu menyebarkan desas-desus seperti itu, untuk menyerang Xinjiang," Ilijan Anayt, juru bicara pemerintah daerah otonomi Xinjiang mengungkapkan isi hatinya pada konferensi pers pada hari Senin (01/06/2020). Ilijan mengatakan kalau tidak ada warga negara yang didiskriminasi atau dianiaya karena memercayai atau tidak memercayai suatu agama di Xinjiang, dan kegiatan keagamaan apapun legal dilakukan di tempat-tempat keagamaan atau di rumah, seperti salat dan puasa, dan dilindungi oleh hukum Tiongkok. Adapun video yang menunjukkan penganiayaan terhadap orang-orang Uygur, Ilijan mengatakan ini adalah palsu, bermaksud untuk membuat perselisihan di antara kelompok-kelompok etnis, mengganggu hubungan antar-etnis, dan menghasut pertentangan etnis di wilayah tersebut. 

"Niat mereka itu sangat buruk. Tidak dapat disangkal, Xinjiang telah menikmati kedamaian dan kegiatan keagamaan selama bulan puasa," kata Ilijan. Sementara itu, dalam menanggapi tuduhan bahwa pusat-pusat pelatihan dan kejuruan di kawasan itu menghadapi risiko wabah COVID-19, ia mengatakan ini adalah tuduhan yang tidak berdasar dan konyol. "Kelompok 'Turkistan Timur' ini ingin mempolitisasi pandemi dan menstigma Tiongkok dengan menggunakan COVID-19, perilaku tercela mereka tersebut tidak membuktikan apa pun, kecuali menunjukkan mentalitas dan niat jahat mereka," kata Ilijan. Menurut pemerintah daerah otonomi Xinjiang, ada 76 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan tidak ada kasus baru yang dilaporkan lagi, selama lebih dari 100 hari berturut-turut. 

"Karena upaya bersama yang dilakukan oleh orang-orang di Xinjiang dari semua kelompok etnis, situasi pandemi di wilayah ini telah secara efektif diatasi," tambah Ilijan. Xinjiang mendirikan pusat-pusat kejuruan dan pelatihan sesuai dengan hukum, untuk menyediakan pengajaran bahasa Mandarin, hukum, keterampilan kejuruan dan program preventif akan orang-orang yang terpengaruh ekstremisme agama dan terorisme. Pemerintah daerah mengungkapkan, semua peserta pelatihan telah lulus pada bulan Desember 2019. "Karena semua peserta pelatihan telah meninggalkan pusat pelatihan, mendapatkan pekerjaan yang stabil dan memulai kehidupan yang bahagia, bagaimana bisa ada risiko infeksi skala besar di pusat-pusat pelatihan?" tanya Ilijan. 

Sumber: ecns.cn