Lama Baca 5 Menit

Netizen Tiongkok Ejek Media Australia, Kenapa, Tuh?

30 June 2020, 14:31 WIB

Netizen Tiongkok Ejek Media Australia, Kenapa, Tuh?-Image-1

Bendera Tiongkok dan Australia - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Melansir Global Times, netizen Tiongkok sedang asik mengejek media Australia, karena dianggap menutup mata terkait bukti kuat kegiatan mata-mata negara kangguru tersebut, seperti saat mereka mendirikan stasiun intelijen di kedutaan besarnya di Beijing, memata-matai kedutaan Tiongkok di Australia, dan diplomat Australia yang terlibat dalam kegiatan spionase. Netizen Tiongkok menganggap yang dilakukan Australia patut ditertawakan dan bisa dikatakan, memalukan.

Reaksi media Australia di Twitter pun bermunculan, setelah Global Times menerbitkan laporan eksklusif tentang spionase Australia terhadap Tiongkok. Zhao Lijian (赵立坚) memberikan sebuah pernyataan, setelah Global Times menerbitkan laporan eksklusif mereka, yang mengatakan bahwa Australia sudah melakukan aksi spionase terhadap Tiongkok, seperti mengirim agen ke Tiongkok untuk memata-matai, mengumpulkan informasi intelijen dan merekrut aset berharga dari sana, memicu munculnya pembelotan di antara warga negara Tiongkok, memata-matai para siswa dan organisasi Tiongkok di Australia, menyebarkan berita palsu via media untuk menggembar-gemborkan "teori spionase Tiongkok," dan pada tahun-tahun awal bahkan berusaha menyadap di Kedutaan Besar Tiongkok di Canberra.

Laporan itu melampirkan gambar-gambar, beberapa di antaranya menampilkan data mengenai dana intelijen, alat yang digunakan oleh mata-mata, dan peta yang ditemukan dari mata-mata Australia, sementara yang lain menunjukkan adanya perangkat penyadap yang ditemukan di Kedutaan Besar Tiongkok di Australia. Laporan tersebut telah menarik perhatian banyak orang secara online, terutama dari media Australia dan pengamat urusan luar negeri Australia, yang jelas berniat mempertanyakan keaslian kasus mata-mata tersebut, dengan menertawakan bukti-bukti yang terpampang tersebut. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang berani menghadapi bukti kuat atas kegiatan spionase Australia tersebut, termasuk bukti mengenai penyadapan di Kedutaan Besar Tiongkok di Canberra.

Hal ini mengundang reaksi netizen di Tiongkok. Salah satu dari mereka mengatakan, mata-mata Australia sangatlah ketinggalan zaman. Bukti-bukti yang diungkapkan dalam laporan Global Times tidak dapat disangkal, terutama gambar-gambar yang menampilkan adanya penyadapan yang dipasang di Kedutaan Besar Tiongkok di Canberra, tetapi media Australia sengaja menutup mata terhadap hal tersebut. Zhao Lijian (赵立坚) menambahkan, hal ini bukanlah rahasia lagi bagi siapa pun, pasalnya, aliansi intelijen “Five Eyes”, termasuk Australia di dalamnya, telah lama terlibat dalam aksi spionase secara cyber, memata-matai dan mengawasi pemerintah asing, perusahaan, dan individu yang melanggar hukum internasional dan hubungan internasional.

Chen Hong (陈弘), direktur Pusat Studi Australia di Universitas Normal Tiongkok Timur (华东师范大学澳大利亚研究中心), di Shanghai, mengatakan bahwa ia terkejut mengetahui tentang penyadapan yang dilakukan di pilar dan lantai gedung tua kedutaan besar Tiongkok di Canberra. Menurutnya, bukti ini sangat kuat. Pasalnya, kegiatan memata-matai negara lain ini sudah kerap kali dilakukan Australia. Seperti skandal mata-mata Australia terhadap Indonesia, yang terungkap pada tahun 2013, dan juga terhadap negara-negara tetangganya di Pulau Pasifik, dengan memata-matai jaringan telepon seluler dan sistem telekomunikasi mereka, yang akhirnya ketahuan publik pada tahun 2015. Skandal-skandal tersebut hampir menenggelamkan hubungan Australia dan negara-negara yang mereka mata-matai tersebut.

Chen Hong(陈弘)menambahkan, Canberra membuat langkah seperti itu karena melihat bangkitnya kekuatan Tiongkok, dan juga ingin memiliki peran yang lebih penting di mata dunia. Sentimen anti-Tiongkok yang berkelanjutan di Australia akan merugikan negara itu sendiri. Sebuah survei baru-baru ini, yang dilakukan Global Times dan Pusat Studi Australia dari Universitas Studi Asing Beijing, menemukan bahwa orang Tiongkok tidak memandang Australia baik, lebih dari 70 persen responden menilai kalau hubungan Tiongkok dan Australia itu "relatif penting" atau "netral." Hampir setengah dari responden Tiongkok mengidentifikasi AS sebagai negara yang paling bikin mereka jengkel. Meskipun Australia masih menjadi negara dengan peringkat pertama untuk studi di luar negeri bagi para siswa Tiongkok, namun, lebih dari 80 persen di antara mereka mempertimbangkan juga hubungan bilateral antara Tiongkok dan negara tujuan, ketika memilih studi di luar negeri. Maka dari itu, gerakan anti-Tiongkok yang kuat di Australia akan sangat berdampak pada pilihan studi para siswa Tiongkok nantinya.