Lama Baca 2 Menit

4 Raksasa Teknologi AS Gugat US Patent & Trademark Office

03 September 2020, 15:19 WIB

4 Raksasa Teknologi AS Gugat US Patent & Trademark Office-Image-1

US Patent and Trademark Office - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Dilaporkan, empat raksasa teknologi AS Google, Apple, Intel dan Cisco bergabung bersama untuk menggugat US Patent and Trademark Office ke pengadilan setempat.

Menurut laporan, empat perusahaan tersebut mengajukan tuduhan kepada Kantor Paten dan Merek Dagang AS. Sebab lembaga tersebut merumuskan aturan baru yang akan mendorong lebih banyak ‘preman paten’ (patent hooligan) untuk litigasi (pelaksanaan gugatan),  demikian laporan dari Tencent News, Kamis (3/9/20).

Pihak Cisco mengatakan bahwa peraturan baru akan membatasi evaluasi ulang paten. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada ‘preman paten’ untuk "memeras keuntungan monopoli" dari tangan raksasa teknologi.

"Patent Hooligan" mengacu pada perusahaan yang tidak terlibat dalam produksi atau layanan. Perusahaan ini biasanya hanya mengandalkan perolehan paten dari perusahaan lain dan memperoleh pendapatan melalui litigasi.

Qualcomm sendiri telah diberi gelar Patent Hooligan. Sementara Apple dan Google, perusahaan dengan reputasi tinggi dan arus kas yang memadai cenderung menjadi target nomor satu para perusahaan Patent Hooligan.

Oleh sebab itu, keempat perusahaan raksasa ini mulai merasa tidak puas dengan praktik US Patent and Trademark Office yang baru-baru ini menolak proses peninjauan paten.

Lalu, apakah pemerintah AS akan membuat “kelonggaran” setelah digugat secara bersamaan oleh empat raksasa teknologi besarnya?

Jawabannya masih belum diketahui. Namun, jika pemerintah AS tidak mau memberikan kelonggaran, maka Apple, yang memiliki uang tunai lebih dari USD200 miliar, atau sekitar Rp2.967 triliun, pasti akan menjadi korban terbesar dari aturan baru ini.

Selain itu, jika perlindungan hak kekayaan intelektual dikurangi, antusiasme inovasi perusahaan AS kemungkinan besar akan terpukul. Hal ini akan menjadi tantangan baru bagi perkembangan ekonomi AS.