Lama Baca 12 Menit

Cara Tiongkok Tindak WNA yang Masuk Selama Wabah Corona, Bagaimana Indonesia?

20 March 2020, 15:34 WIB

Cara Tiongkok Tindak WNA yang Masuk Selama Wabah Corona, Bagaimana Indonesia?-Image-1

Suasana di sebuah supermarket di Beijing, China - Image from republika.co.id

Virus corona jenis baru yang dikenal dengan sebutan Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Hingga Jumat (20/3), terdapat 81.102 individu yang terinfeksi dan 3.122 diantaranya meninggal dunia.

Sejak virus corona teridentifikasi pertama kali muncul pada akhir 2019, pemerintah Tiongkok dengan sigap langsung mengisolasi Kota Wuhan.

Tak hanya itu, pemerintah Tiongkok juga telah membangun dua rumah sakit khusus untuk menangani virus corona. Sejak Kamis (13/2) lalu, Tiongkok mengubah metode deteksi virus corona dari tes darah yang memerlukan waktu berhari-hari, menjadi computed tomography (CT) scan yang dinilai lebih efektif. Adapun CT scan berguna untuk melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit virus Covid-19. 

Pemeriksaan dilakukan terhadap dua organ yang sering dihinggapi oleh virus corona, yaitu paru-paru dan ginjal. Seperti yang dilansir dari laman Science Magazine, pemerintah Cina tercatat mampu memeriksa 1,6 juta orang hanya dalam waktu satu minggu.

Sebelum itu, Hubei hanya mengizinkan tes RNA untuk memastikan adanya infeksi virus corona saja. RNA atau asam riboku neat diketahui mampu memberikan informasi genetik untuk mengidentifikasi adanya organisme seperti virus.

Pemerintah Tiongkok juga dilaporkan telah meluncurkan sebuah aplikasi yang memungkinkan seseorang untuk mengukur resiko terkena virus corona. 

Sebagaimana yang diberitakan oleh CNBC Indonesia, aplikasi yang bernama Close Contact Detector tersebut dapat memberitahu pengguna jika ia berada di dekat seseorang yang dikonfirmasi atau diduga terinfeksi virus corona. 

Aplikasi canggih itu dikembangkan oleh pemerintah Tiongkok bersama dengan China Electronics Technology Group Corporation dan didukung oleh data dari otoritas kesehatan setempat dan transportasi.

Sedangkan untuk mencegah masuknya penyebaran COVID-19 dari luar negeri, secara efektif, mulai pukul 00:00 pada 16 Maret 2020, Tiongkok memberlakukan semua orang asing yang masuk Beijing harus dipindahkan selama 14 hari ke dalam karantina. 

Dalam kasus khusus, karantina bisa dilakukan secara mandiri dirumah namun dengan pengawasan yang ketat. Selama isolasi, biaya isolasi perlu ditanggung mandiri.

Sebanyak 16 supermarket tengah diawasi, pusat perbelanjaan, 24 stasiun kereta bawah tanah, dan 12 mobil kereta bawah tanah juga diawasi. Pemantauan hingga saat ini, semuanya masih negatif COVID-19.

Selain itu, penumpang yang memasuki Beijing harus mengisi "Kartu Pernyataan Kesehatan" dan menyetujui pertanggungjawaban pribadi. Pengukuran suhu pun dilakukan sebanyak tiga kali pada semua penerbangan untuk mencegah penyakit dan penularan virus COVID-19.

Untuk mencegah infeksi, langkah-langkah perlindungan antara penumpang, pengaturan bagasi dan hal-hal lainnya pun juga dilakukan.

Tiongkok Wajibkan Karantina 14 hari bagi WNA

Penetapan status virus corona menjadi pandemi membuat pemerintah Tiongkok mengumumkan kebijakan karantina selama 14 hari terhadap seluruh pendatang asing atau warga negara asing yang baru saja tiba.

Dilansir dari laman CNN Indonesia, para WNA itu diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri, baik di rumah ataupun fasilitas tertentu yang ditunjuk pemerintah.

Sementara, pendatang asing dengan keperluan bisnis diwajibkan untuk menginap di sejumlah hotel tertentu di Beijing. Mereka juga diwajibkan untuk melakukan tes pemeriksaan virus corona di hotel tersebut, dan dilarang pergi hingga hasil tes keluar.

Langkah tersebut merupakan satu dari beberapa pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh Tiongkok di seluruh kawasan, hal ini dilakukan demi meningkatkan upaya pencegahan melonjaknya infeksi lintas batas.

Melansir laman CNN, Kamis (12/3), Beijing mengkonfirmasi enam kasus baru yang dibawa dari luar negeri. Lima di antaranya dibawa oleh WNA dari Italia, dan satu dari Amerika Serikat.

Sebelum virus corona menjadi pandemi, justru Tiongkok dan negara Asia terdampak lainnya, yang akses masuknya dibatasi oleh negara-negara dan maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Sebagian besar larangan itu memang masih diberlakukan bagi pendatang asal Tiongkok, meskipun situasi di sana saat ini sudah terkendali dengan baik.

Hingga Rabu kemarin, pemerintah Tiongkok mencatat hanya 15 kasus baru yang muncul di negara tersebut, enam di antaranya adalah kasus impor.

Hal tersebut menandakan kemampuan Tiongkok yang sudah mumpuni dalam menangani penyebaran virus corona.

Sementara itu, penyebaran virus corona di beberapa negara malah semakin memburuk. Di Eropa, Italia merupakan negara diluar Tiongkok dengan kasus virus corona terbanyak, sehingga pemerintah memutuskan untuk mengisolasi total seluruh wilayahnya.

Sebagian besar negara anggota Uni Eropa pun juga telah melaporkan kasus corona yang terus meningkat tiap harinya.

Di Amerika Serikat sendiri, virus corona telah menyebar di 43 negara bagian, dengan 1.321 kasus dan 38 kematian.

Dilansir dari laman Kompas, seperti yang dikutip dari Johns Hopkins University, total ada sebanyak 214.894 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh dunia.

Sementara itu, angka kasus kematian global telah menembus 8.732 orang, sedangkan jumlah pasien yang sembuh 83.313 orang.

Adapun kasus terbanyak masih dipegang oleh Tiongkok, disusul Italia dengan 35.713 kasus dan 2.978 kematian Iran sebanyak 17.361 kasus dan 1.135 kematian, Spanyol 13.910 kasus dan 623 kematian, Jerman sebanyak 12.327 kasus dan 28 kematian.

Kemudian disusul Perancis dengan 9.052 kasus dan 148 kematian, Korea Selatan 8.413 kasus dan 84 kematian, Amerika Serikat 7.769 kasus dan 55 kematian, Swiss 3.028 kasus dan 28 kematian, serta Inggris sebanyak 2.642 kasus dan 71 kematian.

Di Indonesia sendiri, seperti yang dilansir dari laman CNN Indonesia, jumlah pasien positif virus corona, per Kamis (19/3), bertambah menjadi 309 orang, 25 orang di antaranya meninggal dunia.

"Total kasus hari ini adalah 309 orang," kata juru bicara pemerintah khusus penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (19/3).

Kebijakan Indonesia Kepada WNA yang Datang saat Wabah Corona

Cara Tiongkok Tindak WNA yang Masuk Selama Wabah Corona, Bagaimana Indonesia?-Image-2

Ratusan Turis China tiba di Bandara Hang Nadim Batam Jumat (24/1/2020) - Image from wartakota.tribunnews.com

Jika Tiongkok menindak tegas warga negara asing yang datang, bagaimana dengan Indonesia?

Hingga saat ini, pemerintah Indonesia belum memberlakukan lockdown, artinya akses keluar masuk masih bisa dilalui dengan mudah, pemerintah Indonesia hanya 'sekedar' memperketat pemeriksaan di pintu bandara saja

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) hingga saat ini masih memperbolehkan turis dari negara episentrum penyebaran virus corona masuk ke Indonesia asalkan sudah mengantongi surat keterangan sehat.

Dilansir dari laman Detik.com, berdasarkan koordinasi antar kementerian, warga negara asing yang akan berkunjung ke Indonesia akan diwajibkan mengisi form khusus. Form tersebut akan diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan informasi apakah dalam kurun waktu 14 hari terakhir mereka (WNA) pernah mengunjungi daratan China.

Berita terbaru, ada sebuah video yang beredar di media sosial yang memperlihatkan kedatangan puluhan WNA asal Tiongkok.

Video yang kini viral itu direkam di Bandara Haluoleo, Kendari, Minggu (15/3/2020) sekitar pukul 19.30. Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen Polisi Merdisyam sempat mengatakan jika para tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok tersebut datang dari Jakarta pasca mengurus perpanjangan dan izin kerja.

“Mereka baru datang dari Jakarta, bukan dari China. Memang selama ini belum pernah pulang ke China. Mereka akan ke Morosi untuk bekerja kembali,” kata Kapolda seperti yang dilansir dari laman Kompas.com Minggu (15/3/2020) malam. 

Akan tetapi pernyataan tersebut diralat oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulawesi Tenggara, mereka menyatakan jika para WNA itu adalah TKA Tiongkok asal Provinsi Henan yang baru saja tiba di Kendari. Hari itu, ada 49 TKA Tiongkok yang tiba menggunakan pesawat Garuda.

Menurut Kepala Kanwil Kemenkumham Sulawesi Tenggara Sofyan, para TKA Tiongkok itu sempat menjalani karantina di Bangkok, Thailand selama 14 hari. “Jadi mereka ini orang baru dari China, bukan memperpanjang visa, tapi mereka TKA baru. Kalau soal dikarantina di Indonesia, itu bukan ranah kami itu ranah KKP," kata Sofyan. 

Setelah mendapatkan surat kesehatan dari Pemerintah Thailand, mereka baru diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Surat kesehatan itu dikabarkan telah diverifikasi oleh perwakilan Pemerintah Indonesia di Thailand.

"Berdasarkan cap tanda masuk imigrasi Thailand yang tertera pada paspor mereka tiba di Thailand, pada 29 Februari 2020, tapi mereka juga telah dibekali dengan hasil medical certificate atau surat kesehatan, dari pemerintah Thailand,” ujar Sofyan seperti yang dikutip dari laman Kompas.com Senin (16/3/2020) malam. 

Para TKA Tiongkok itu telah diperiksa oleh petugas Karantina Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta dan telah mendapatkan kartu kewaspadaan kesehatan. Berdasarkan surat kesehatan tersebut, pihak Imigrasi Bandara Soekarno Hatta memperbolehkan mereka untuk terbang ke Kendari dengan pesawat Garuda Indonesia GA 696.

Sofyan memastikan bahwa 49 TK asal Tiongkok itu belum dikarantina saat tiba di Indonesia. Padahal berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam Upaya Mencegah Masuknya Virus Corona, seluruh TKA yang masuk di Indonesia wajib mengikuti proses karantina selama 14 hari, sedangkan mereka hanya mendapatkan kartu kewaspadaan kesehatan dari KKP Bandara Soekarno Hatta. 

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi mengaku telah memerintahkan Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara dan BPBD Sulawesi Tenggara untuk mengisolasi 49 TKA Tiongkok yang sudah berada di Konawe.

Selain itu, ia juga mengaku khawatir dengan masuknya 49 TKA asal Tiongkok yang akan bekerja di perusahaan tambang di Kabupaten Konawe tersebut.

"Jelas kita khawatir, ternyata WNA yang baru datang dari Cina," katanya. Ali Mazi juga menjelaskan bahwa pihaknya hanya berwenang mengkarantina 49 TKA itu, dan tidak bisa melakukan lockdown semua kawasan tempat mereka bekerja. “Hanya 49 orang saja, kalau satu kawasan saya tidak punya kewenangan. Fasilitas karantina mereka, saya masih tunggu kabar dari tim gugus tugas di sana,” ujar Ali.

Dari sini dapat kita lihat bagaimana perbedaan kesigapan antara Tiongkok dan Indonesia dalam hal perizinan keluar masuknya WNA ke wilayah masing-masing saat kondisi corona tengah mewabah.

Indonesia seperti memiliki birokrasi yang cenderung rumit, sehingga menyebabkan lolosnya WNA dari negara episentrum penyebaran virus corona masuk ke Indonesia, tanpa adanya karantina terlebih dahulu.