Banyak orang suka makan pedas - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Bolong.id - Saat pergi ke restoran atau makan di rumah, banyak orang yang mencari makanan pedas untuk di santap. Bahkan ada orang yang perlu menggunakan saus atau sambal saat sedang makan sesuatu.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology pada 2019 menunjukkan bahwa menambahkan jumlah lada yang tepat ke dalam makanan secara teratur dapat mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung atau stroke.
Studi ini melakukan studi lanjutan selama 8 tahun terhadap lebih dari 20.000 penduduk dengan usia rata-rata 35 tahun di suatu daerah tertentu di Roma, Italia. Setelah membandingkan kebiasaan makan mereka, ditemukan bahwa dibandingkan dengan orang yang tidak makan paprika, mereka yang makan paprika lebih dari 4 kali seminggu mengalami penurunan 23% dalam semua penyebab kematian dan 34% penurunan kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
Selain itu, ditemukan pula bahwa untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit jantung iskemik, bagi orang yang makan cabai secara rutin memiliki resiko lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak makan cabai.
Apa alasan utama orang-orang suka mengonsumsi makanan pedas?
1. Faktor Turunan
Hal ini mengacu pada fakta bahwa sering munculnya stimulus eksternal yang dapat membuat seseorang memiliki preferensi untuk itu. Jika orang tua seseorang menyukai cabai dalam makanan sehari-hari mereka ketika mereka masih muda, anak mereka akan tumbuh lebih menyukai cabai daripada mereka yang tidak suka cabai.
Ilustrasi makanan pedas - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
2. Makanan Pedas Memunculkan Rasa Bahagia
Pernah tidak sih kamu melihat orang kepedasan tapi malah tertawa sambil mengelap keringatnya? Mereka masih waras kok. Hanya saja, inilah efek yang terjadi ketika kamu menyantap hidangan pedas. Di dalam makanan yang rasanya pedas, ada yang namanya zat capsaicin, merupakan zat yang menyebabkan iritasi dan menghasilkan sensasi terbakar di jaringan mana pun yang bersentuhan langsung dengannya, seperti di lidah.
Sensasi tersebut kemudian dideteksi oleh tubuhmu sebagai rasa sakit. Rasa sakit ini kemudian memicu tubuh mengeluarkan zat endorfin untuk menangkalnya. Kemudian, ketika zat endorfin sudah semakin banyak diproduksi, kamu akan merasa lebih senang dari sebelumnya. Kami malah pernah dengar ada yang bilang, mengonsumsi hidangan pedas bisa menimbulkan getaran bahagia dari ujung kepala sampai ujung kaki. Nah, kamu juga gitu gak? Karena ingin merasakan sensasi bahagia itu lagi, tanpa sadar kamu jadi kecanduan hidangan seperti ini deh.
3. Masokisme Jinak, Menyukai Rasa Sakit
Sudah tahu pedas tapi kok masih dimakan? Ini ada alasannya loh, ada orang yang memang menyukai sesuatu yang berbahaya, namun masih di dalam kategori aman. Sifat seperti ini disebut sebagai “masokisme” level jinak dan masih tergolong normal kok. Misalnya kamu datang ke sebuah tempat wisata alam. Kemudian kamu berjalan di atas jembatan kaca transparan. Padahal kamu punya phobia ketinggian. Namun karena kamu yakin dengan keamanan jembatan tersebut, kamu jadi tertarik untuk mencoba berjalan di atasnya.
Sama halnya ketika kamu memakan makanan pedas. Meskipun membuat rasa sakit di lidah dan perut, tetapi kamu masih betah untuk terus-terusan mengonsumsinya. Karena kamu sudah tahu bahwa rasa sakit ini tidak fatal dan tubuhmu menyanggupinya. Dengan catatan, hal ini akan berbeda lagi ceritanya jika toleransi rasa pedasmu kurang bagus dan perutmu sensitif. Nah, kalau dihubungkan lagi dengan zat endorphin yang sudah kami bahas sebelumnya, mungkin kamu memang sengaja merasakan rasa sakit untuk memunculkan sensasi senang.
Cabai - Image from Internet. Segala keluhan engenai hak cipta dapat menghubungi kami
4. Didorong oleh lingkungan
Dalam lingkungan sosial, ada kebiasaan makan makanan pedas, seperti banyaknya rumah makan dengan menu pedas di jalanan mall, yang akan mempengaruhi masyarakat sekitar untuk makan.
Secara umum makan pedas dalam jumlah sedang memang baik untuk kesehatan, namun dalam proses pemasakannya lada sering dikaitkan dengan minyak kental dan garam yang kental, oleh karena itu lebih disarankan untuk memperhatikan cara memasak dan makan yang pedas. (*)