Lama Baca 4 Menit

China Akui Bahwa Perlindungan Vaksinnya Tidak Mencukupi

13 April 2021, 13:40 WIB

China Akui Bahwa Perlindungan Vaksinnya Tidak Mencukupi-Image-1

Penanggulangan penyakit di China - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Beijing, Bolong.id – Tiongkok mengaku efektifitas vaksin Corona (Covid-19) buatan mereka kurang efektif untuk membunuh virus serupa SARS tersebut. Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Pengawas dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Gao Fu, dalam jumpa pers di Chengdu pada Sabtu akhir pekan lalu.

"Tingkat perlindungan vaksin-vaksin yang sudah ada saat ini tidak tinggi," kata Gao.

Dilansir dari Weibo.com ( 微博 ) pada Minggu (11/04/21),  Gao berkata: "kita harus memanfaatkan kesempatan agar vaksin China dikenal oleh dunia dan go internasional, dan untuk lebih jauh memikirkan tentang strategi keseluruhan untuk pengembangan dan penerapan vaksin COVID-19."

Gao lantas membeberkan dua opsi sebagai solusinya. Pertama, menambah jumlah dosis yang digunakan atau menyesuaikan dosis/interval antara suntikan pertama dan kedua.

Kedua, adalah mencampur vaksin yang telah tersedia dengan berbagai teknologi.

Ini adalah pertama kalinya pejabat kesehatan Tiongkok mengakui tingkat efikasi vaksin corona buatan dalam negerinya yang rendah.

Padahal, selama ini Negeri Tirai Bambu cukup sering menggembar-gemborkan kampanye penyuntikan vaksin corona di seluruh dunia.

Tiongkok juga memandang dirinya sendiri sebagai negara pelopor pengembang vaksin corona yang telah memasok jutaan vaksin ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, Zimbabwe, dan Brasil.

"Lebih dari 60 negara telah memberi lisensi penggunaan vaksin corona Tiongkok. Keamanan dan efikasi vaksin Tiongkok diakui secara luas oleh berbagai negara," kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dalam jumpa pers di Beijing pada Maret lalu.

Sejauh ini, Tiongkok telah memiliki sejumlah vaksin virus corona di antaranya yang paling dikenal adalah CoronaVac yang dikembangkan perusahaan swasta Sinovac dan Sinopharm, vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi pelat merah.

Sinovac memiliki efikasi hanya 50,4 persen dalam uji klinis di Brasil. Sementara itu, di Turki Sinovac terbukti efektif 83,5 persen.

Berbeda dengan Sinovac, dua vaksin buatan Sinopharm tercatat memiliki efikasi 79,4 persen dan 72,5 persen.

Tingkat efikasi ini cenderung rendah jika dibandingkan vaksin corona buatan perusahaan Amerika Serikat, Pfizer-BioNTech dan Moderna. Masing-masing vaksin tersebut memiliki efikasi 97 persen dan 94 persen.

Pernyataan Gao soal efikasi vaksin rendah tersebut datang ketika Tiongkok tengah mempercepat program vaksinasi nasionalnya. Per Jumat pekan lalu, Tiongkok telah menggunakan 160 juta dosis vaksin corona.

Beijing menargetkan bisa melakukan vaksinasi terhadap 40 persen dari total 1,4 miliar warganya hingga akhir Juni tahun ini.

Karena tingginya insiden epidemi baru di seluruh dunia, konferensi tentang vaksin dan keamanan ini telah menarik perhatian yang antusias dari media dan netizen Tiongkok. 

Meskipun media resmi terutama menekankan penegasan yang tinggi tentang keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19 buatan dalam negeri oleh para ahli yang berpartisipasi dalam laporan tersebut, media mandiri dan netizen profesional lebih memperhatikan data dan detail nyata yang diungkapkan oleh para ahli.

Misalnya, apakah kemampuan perlindungan dari vaksin domestik kuat? Mengapa negara-negara yang memiliki proporsi vaksin dalam negeri yang sangat tinggi, seperti Chili dan Serbia, belum melihat pengurangan penyebaran epidemi secara substansial?

Oleh karena itu, pidato dari Akademisi Gao Fu dengan cepat menjadi topik utama.

Gao Fu menegaskan bahwa tidak mungkin menyangkal seluruh kasus karena kasus ini, tetapi mempelajari kasus tersebut secepat mungkin. Vaksin melindungi kelompok, dan masalah ilmiah yang muncul dalam kasus individu harus diselesaikan dengan sikap ilmiah. (*)