Lama Baca 3 Menit

Tradisi Puasa dan Lebaran Ala Suku Hui

13 May 2021, 12:29 WIB


Tradisi Puasa dan Lebaran Ala Suku Hui-Image-1

Suku Hui - Image from Tribun Travel 

Bolong.id - Di beberapa tempat di Tiongkok, jumlah Muslim di suku Hui pada saat buka puasa bisa mencapai sepuluh ribu atau lebih, dan masjid tidak dapat menampung begitu banyak orang. Mereka kemudian mencari tempat yang datar, terbuka, luas dan bersih untuk berbuka puasa bersama tersebut.

Dilansir dari China Highlights pada (18/3/2021) Ketika Imam mengumumkan dimulainya buka puasa, orang-orang Hui meletakkan bergegas mempersiapkan buka puasa. Mereka segera melakukan sholat maghrib.

Selain upacara festival, masyarakat juga mengikuti kegiatan rekreasi, seperti menonton barongsai, menyanyikan lagu daerah, pentas seni bela diri, gulat, bermain poker, dan mengunjungi taman kota.

Hari Raya Fitri merupakan festival terbesar di kalangan masyarakat Hui. Orang Hui di provinsi Gansu, Qinghai dan Yunan di Tiongkok Barat juga menyebut Hari Raya Idul Fitri dengan "Da Erde", sedangkan orang-orang di bagian selatan Ningxia menyebutnya "Xiao Erde". 

Ramadhan orang Hui dikenal pada bulan kesembilan dalam kalender Islam, juga disebut bulan Ramadhan. Karena kalender Islam sama dengan kalender lunar, hari pembukaan Festival Fitri bervariasi setiap tahun.

Menjelang Festival Fitri, masyarakat Hui yang bekerja di luar kampung halaman atau sedang dalam perjalanan akan mudik. Hari Raya Fitri berlangsung selama tiga hari. 

Di hari pertama, setiap keluarga bangun pagi dan membersihkan rumahnya dan pergi sholat bersama. Laki-laki yang lebih tua mandi, dan semua orang mengenakan baju baru.

Sedangkan untuk pekerja masjid mengatur pekerjaan pemeliharaan sebelum hari raya Fitri. Mereka menggantungkan spanduk dan lampu warna-warni untuk merayakan Idul Fitri.

Setelah jam 8 pagi, setiap orang Hui dari berbagai daerah membawa sejadah kecil atau kain siap untuk pergi ke masjid untuk Sholat Ied.

Terkadang, tak beda jauh seperti di Indonesia puluhan ribu orang Hui bergabung dalam Sholat Ied. Dalam keadaan seperti itu, masjid tidak dapat menampung begitu banyak orang, sehingga sebagian dari kerumunan menemukan lapangan yang luas dan bersih untuk beribadah. 

Mereka kemudian melepas sepatu mereka dan mulai beribadah sambil menghadap ke arah kiblat. Karena ini adalah salah satu festival terpenting, sejumlah besar jamaah berdatangan, terlepas dari cuacanya. (*)

Informasi Seputar Tiongkok