Ilustrasi Uang THR - Image from Kompas
Jakarta, Bolong.id - THR (Tunjangan Hari Raya) populer setiap menjelang Lebaran. Mirip dengan angpao di Hari Raya Imlek. Apakah asal kebiasaan ini sama?
Sejarah Tunjangan Hari Raya (THR) di Hari Raya Idul Fitri
Dikutip dari berbagai literatur yang ada, amplop THR pengaruh dari kebudayaan Arab dan Tionghoa.
Tradisi salam tempel dulunya dipopulerkan oleh Khalifah Dinasti Fatimiyah pada abad pertengahan di Afrika Utara.
Pada masa tersebut, di hari pertama perayaan Idul Fitri terdapat sebuah tradisi berbagi dengan membagi-bagikan berbagai macam seperti uang, pakaian, hingga pernak-pernik kepada anak-anak yang ada di wilayah tersebut.
Tradisi tersebut kemudian semakin berkembang saat era Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman).
Lebih lanjut seiring dengan perkembangan zaman, salam tempel kemudian berubah menjadi berbagi uang tunai.
Budaya berbagi THR pada saat hari raya ini juga merambah dan berkembang di Indonesia. Pemberian uang pada saat hari raya berlangsung sejak dulu hingga sekarang.
Diketahui, tradisi tersebut bisa sampai di Indonesia karena dibawa oleh seorang imigran dari Asia ke Indonesia melalui jalur dagang dan agama.
Namun, beberapa referensi juga ada yang menyebut bahwa tradisi ini merupakan hasil adopsi dari kebudayaan Tiongkok.
Seperti diketahui, Tiongkok memiliki tradisi imlek. Pada momen imlek tersebut biasanya ada pembagian uang sedekah yang disimpan ke dalam amplop merah atau hongbao dalam bahasa Mandarin.
Warna merah yang menjadi ciri khas dari angpao, warna tersebut melambangkan kebaikan dan kesejahteraan, artinya bisa bernasib baik bagi orang yang menerima angpao tersebut. (*)
Advertisement