Lama Baca 7 Menit

Tiger Woman, Wanita yang Ditakuti Pria di China Kuno

26 February 2022, 15:14 WIB

Tiger Woman, Wanita yang Ditakuti Pria di China Kuno-Image-1

Maggie Cheung dalam Film Hero - Image from SCMP

Beijing, Bolong.id - Tradisi Konfusianisme Tiongkok kuno, mengharuskan wanita lemah lembut dan patuh. Menurut Book of Rites (礼记), diterbitkan pada Dinasti Han (206 SM – 220 M), wanita belum menikah, harus mematuhi ayahnya. Wanita sudah menikah, patuh pada suami. Dan patuh pada anak laki-lakinya, jika suaminya meninggal. 

Wanita yang gagal memenuhi persyaratan tersebut, akan disebut Tiger Woman (母老虎). Istilah ini umumnya merendahkan wanita, sebagai angkuh, atau "tidak masuk akal".

Sepanjang sejarah, banyak wanita memperoleh reputasi sebagai Tiger Woman. Hal ini berasal dari seksisme masyarakat Tiongkok kuno yang patriarki. 

Jika dilihat lebih dekat, sebagian besar wanita yang diberi label Tiger Woman hanya ikut campur ketika suami mereka berkelahi dengan orang lain, atau tidak suka jika suami mereka pergi ke rumah bordil, atau memiliki selir. 

Berikut adalah beberapa kisah tentang Tiger Woman paling terkenal dari Tiongkok kuno:

Wanita yang membuat seorang pembunuh ketakutan

Dilansir dari The World of Chinese, Zhuan Zhu (专诸) adalah salah satu dari Empat Pembunuh Tiongkok kuno, yang terkenal karena membunuh seorang tiran. 

Dia lahir pada periode Musim Semi dan Gugur (770 – 476 SM), ia disewa oleh Pangeran Guang (公子光) dari Negara Bagian Wu untuk membunuh raja Wu. 

Pangeran Guang mengatur makan malam dengan raja. Sedangkan, Zhuan Zhu menyamar sebagai pelayan, menyembunyikan pisau di perut ikan yang dimasak.

Ketika Zhuan Zhu menyajikan hidangan di depan raja, secepat kilat dia mencabut pisau dari ikan. Ditikamkan ke dada raja, dan raja mati.

Zhuan Zhu lari, dikejar para pengawal. Tertangkap. Dibunuh di tempat.

Konon, Zhuan Zhu, pembunuh yang tak kenal takut ini, ternyata paling takut pada istrinya. 

Kilas balik. Mundur beberapa waktu sebelumnya. Menurut Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur, Wu dan Yue (吴越春秋), catatan sejarah dari dinasti Han Timur (25 – 220), ketika Wu Zixu (伍子胥), seorang pejabat yang melayani Pangeran Guang, bertemu Zhuan untuk pertama kalinya. 

Saat itu, Zhuan yang marah sedang berkelahi di jalan. Tetapi ketika istri Zhuan muncul, dan memintanya untuk berhenti berkelahi, dan kembali ke rumah, semua orang terkejut, Zhuan segera mengakhiri pertempurannya. Lalu pergi bersama isterinya.

Terkejut, Wu Zixu bertanya kepada Zhuan, mengapa dia begitu patuh kepada seorang wanita, dan dia menjawab: 

"Saya adalah orang kedua setelah satu orang, tetapi saya di atas yang lain." 

Mendengar itu, Wu menyimpulkan bahwa Zhuan berani, tetapi tidak sembrono. Lantas, merekomendasikannya kepada Pangeran Guang untuk misi pembunuhan.

Meskipun kisah rinci tentang istri Zhuan tidak banyak, termasuk nama keluarganya, dia tercatat sebagai Tiger Woman dalam catatan resmi. Sementara, Zhuan diberi label "pria pertama yang dikuasai istri dalam sejarah" oleh para sarjana di dinasti berikutnya.

Istri perdana menteri yang menolak kaisar

Fang Xuanling (房玄龄) adalah perdana menteri di bawah pemerintahan Kaisar Taizong di dinasti Tang (618 – 907), dan istrinya, bermarga Lu, memiliki reputasi sebagai orang yang berbudi luhur dan setia. 

Menurut New Book of Tang (新唐书), sebuah buku sejarah resmi yang diselesaikan pada dinasti Song (960 – 1279), ketika Fang jatuh sakit parah dan mengira dia akan segera mati, dia memberi tahu Lu: 

“Saya sekarat, tapi kamu masih muda. Jangan hidup menjanda. Temui orang lain, dan jalani hidup yang baik bersamanya.” Namun, Lu menolak dan bahkan mencongkel salah satu matanya sendiri sebagai simbol kesetiaannya kepada Fang dan bersumpah dia tidak akan pernah menikah lagi.

Namun dalam banyak cerita rakyat, Lu digambarkan sebagai wanita yang keras kepala dan licik. Ketegarannya bahkan melahirkan ungkapan “吃醋 (chīcù, ‘makan cuka’),” yang berarti cemburu pada saingan cinta.

Menurut The Anecdotes of the Emperors, Ministers, and Common Men (朝野佥载), sebuah novel karya penulis Zhang Zhuo (张鷟) yang merekam anekdot di dinasti Tang, Fang sangat takut pada Lu sehingga dia tidak memiliki selir dan skandal.

Setelah mendengar pengaruh Lu, Kaisar Taizong ingin menjadikan Fang sebagai selirnya. Terlepas dari perintah kaisar, Lu melarang selir itu bergabung dengan keluarga mereka. 

Kaisar marah dengan ketidaktaatan Lu dan memanggilnya ke pengadilan, menyuruhnya minum secangkir racun atau menerima lamarannya untuk menjadi selir. Lu meminum cairan itu tanpa ragu-ragu.

Tapi dia tidak mati. Kaisar pun tertawa. Dia memberi tahu Lu bahwa cangkir itu hanya berisi cuka, dan hanya ingin menguji keberaniannya. Kaisar sangat terkesan dengan sifat Lu yang berprinsip sehingga dia mencabut lamaran selirnya kepada Fang.

Singa Hedong

Istri Chen Zao (陈慥) dianggap begitu garang oleh orang-orang sezamannya sehingga penyair dinasti Song Su Shi (苏轼), juga dikenal sebagai Su Dongpo (苏东坡), menjulukinya sebagai Singa Hedong (河东狮). 

Dalam salah satu puisi Su, dia menggambarkan ketakutan temannya Chen terhadap istrinya: “Temanku Chen Zao sangat miskin. Saat mengobrol dengan teman di sebuah pesta suatu malam, dia tiba-tiba mendengar auman singa Hedong. Sangat ketakutan, dia hanya bisa berdiri di sana tanpa daya bersandar pada tongkatnya.”

Chen adalah seorang sarjana berbakat, yang juga suka minum, berpesta, dan bermain wanita. Istri Chen, bermarga Liu, berasal dari Hedong, kini bagian barat daya provinsi Shanxi. Liu tampaknya pemarah dan sering membubarkan pesta Chen dengan meneriakinya dan mengusir teman-temannya. Su menggunakan "Auman singa Hedong" sebagai metafora untuk teriakan Liu.

Dramawan Dinasti Ming (1368 – 1644) Wang Tingne (汪廷讷) mendasarkan dramanya, The Lioness's Roar (狮吼记), pada kisah Liu dan Chen. 

Dalam drama Wang, setelah Liu menemukan Chen mengadakan pesta dengan teman dan wanita, dia segera membawa Chen pulang dan memaksanya untuk berlutut di tepi kolam di halaman mereka sebagai hukuman. Su pergi ke rumah mereka untuk membela Chen, tetapi Liu mengusirnya.

Kisah ini telah tersebar luas bahkan hingga hari ini dan telah diadaptasi menjadi drama, drama TV, dan film yang tak terhitung jumlahnya. Orang sering menggunakan ungkapan “singa Hedong mengaum (河东狮吼)” untuk menggambarkan seorang istri pemarah yang bertengkar dengan suaminya. (*)