Gu Ailing (谷爱凌) - Image from dwnews.net
Beijing, Bolong.id - Pelompat ski gaya bebas puteri Olimpiade Musim Dingin Beijing, Gu Ailing (谷爱凌) dari delegasi Tiongkok, meraih medali emas. Tapi, gadis cantik berayah Amerika, ibu Tiongkok itu digunjing soal kewarganegaraan.
Dilansir dari dwnews.com pada Kamis (10/2/2022), Pada 8 Februari, kantor berita negara China News Service melaporkan bahwa Gu Ailing (谷爱凌) menanggapi pertanyaan kewarganegaraan pada konferensi pers pasca-pertandingan, begini:
"Saya sangat berterima kasih kepada Amerika Serikat dan tim Amerika, karena mereka selalu sangat mendukung saya. Pada saat yang sama, saya juga sangat berterima kasih kepada Tiongkok dan tim Tiongkok, karena saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan di sini. Saya pikir olahraga dapat menyatukan semua orang, dan olahraga tidak perlu dikaitkan dengan kebangsaan. Semuanya kami di sini untuk berharap bahwa kami dapat terus melangkah Dorong batas-batas kemanusiaan."
Gu Ailing (谷爱凌) lahir pada tanggal 3 September 2003 di San Francisco, California, AS. Ayahnya adalah orang Amerika dan ibunya, Gu Yan, berasal dari Beijing, Tiongkok.
Pada Juni 2019, Gu Ailing (谷爱凌) mengumumkan di Weibo bahwa dia akan mewakili Tiongkok dalam kompetisi tersebut.
Gu Ailing (谷爱凌) meninggalkan Amerika Serikat dan dipindahkan ke Tiongkok mewakili tim Tiongkok, berada di bawah tekanan dari opini publik Barat.
Sebelumnya pada 3 Februari, New York Times menerbitkan sebuah artikel berjudul "Gu Ailing (谷爱凌) mencoba terbang di atas perbedaan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat".
Artikel itu mengatakan bahwa atlet naturalisasi Gu Ailing (谷爱凌) diharapkan untuk memenangkan tiga medali emas di Olimpiade Musim Dingin ini.
Tapi keahliannya yang paling keras mungkin adalah bagaimana menavigasi kesenjangan yang semakin dalam antara dua negara adidaya, terbang di atas perselisihan geopolitik Olimpiade Musim Dingin, dan mendarat dengan selamat.
Sebagai tanggapan, Gu Ailing (谷爱凌) menjawab, "Saya bisa melakukan backflip di lapangan salju berbentuk U setinggi sekitar tujuh meter. Itu bukan politik, itu menantang batas manusia dan menghubungkan manusia." (*)
