Lama Baca 3 Menit

Tiongkok: Hujan Badai di Sungai Yangtze Tidak Sekuat Tahun 1998

16 July 2020, 21:33 WIB

Tiongkok: Hujan Badai di Sungai Yangtze Tidak Sekuat Tahun 1998-Image-1

Sungai Yangtze meluap akibat curah hujan tinggi. - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Nanjing, Bolong.id - Administrasi Meteorologi Tiongkok pada Rabu (15/7/20) mengatakan badai hujan di Tiongkok Selatan tahun ini ditandai oleh berbagai dampak, durasi yang lama, intensitas tinggi dan curah hujan yang tak henti-hentinya di beberapa daerah. Namun jika dilihat dari durasi badai, intensitas dan rentang dampak badai, bencana di Sungai Yangtze tahun ini lebih lemah daripada yang terjadi pada tahun 1998.

Penyebab bencana serupa: tekanan tinggi subtropis bergerak ke utara sebelum jatuh ke selatan dan akhirnya stabil, tetapi durasi dampaknya tidak selama di tahun 1998. Selain itu, area dampak juga tidak sebesar pada tahun 1998, saat bencana badai hujan tahun itu dibentuk oleh hujan lebat yang tak henti-hentinya di seluruh cekungan sungai.

Menurut Direktur Pusat Iklim Nasional (NCC), Song Lianchun (宋连春), pemanasan global adalah alasan utama anomali curah hujan tahun ini. Ia juga menuturkan pengamatan menunjukkan bahwa pemanasan global menyebabkan sering terjadinya cuaca ekstrem dan peristiwa iklim, dan Tiongkok berada di wilayah sensitif perubahan iklim.

Dalam 60 tahun terakhir, frekuensi hujan lebat telah meningkat secara signifikan, dengan jumlah hari hujan lebat meningkat sebesar 3,9 persen per dekade. Anticyclone subtropis pun relatif kuat tahun ini, ditambah dengan aktivitas udara dingin yang sering terjadi. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi hujan lebat di Sungai Yangtze.

Tiongkok harus meningkatkan kesadaran akan risiko iklim dan meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi cuaca dan iklim ekstrem, khususnya, meningkatkan tingkat pemantauan, peramalan cuaca, dan peringatan dini. Karena pemanasan global akan mengubah pola sirkulasi global, dan memengaruhi iklim lokal melalui atmosfer lautan, interaksi darat-atmosfer.

Yang Jun (杨军), direktur Pusat Meteorologi Satelit Nasional mengatakan, sejauh ini Tiongkok memiliki tujuh satelit meteorologi Fengyun untuk memantau kondisi cuaca negara itu sepanjang waktu. Satelit melakukan inspeksi di cekungan sungai utama dan danau empat kali sehari, juga memonitor Danau Taihu dan Danau Dongting secara bersamaan. Misalnya, dalam kasus bencana banjir dan genangan air di waduk Miyun dan Guanting, kami akan segera merilis hasil pemantauan yang relevan dan menyediakan layanan kepada pemerintah dan masyarakat. (*)