Lama Baca 3 Menit

Perusahaan AS dan Tiongkok Bertahan di Tengah Masalah Geopolitik

14 September 2020, 08:17 WIB

Perusahaan AS dan Tiongkok Bertahan di Tengah Masalah Geopolitik-Image-1

Hanya 4,3 persen dari anggota AmCham Shanghai berencana memindahkan sebagian dari operasi mereka kembali ke AS - Image from CGTN

Beijing, Bolong.id - Survei menunjukkan sebagian besar perusahaan AS di Tiongkok dan perusahaan Tiongkok di AS beradaptasi dengan situasi geopolitik yang bergejolak. Belum ada laporan tentang perusahaan yang segera relokasi ke negara lain.

Laporan tahunan Kamar Dagang Amerika Shanghai pada Rabu (9/9/20) menunjukkan bahwa 92,1 persen dari 346 anggotanya mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Tiongkok. Hanya 5,1 persen perusahaan dengan pendapatan global lebih dari USD500 juta (Rp7,4 triliun) yang berencana meninggalkan negara itu.

Di antara responden, hampir dua pertiga mengatakan ketegangan Tiongkok-AS adalah kekhawatiran terbesar mereka, pertama kali masalah bilateral memimpin jajak pendapat, dan jauh di depan kekhawatiran terbesar kedua, yakni persaingan domestik, dengan 58 persen.

"COVID-19 menghantam ekonomi Tiongkok dengan keras pada awal 2020, tetapi pemulihannya cepat, terutama di industri tertentu," ujar Ker Gibbs, presiden AmCham Shanghai. "Perusahaan Amerika masih melihat pasar konsumen Tiongkok sebagai peluang besar."

Pada 2019, 78,2 persen perusahaan melaporkan keuntungan sedikit menjelang beberapa tahun terakhir meskipun ada peningkatan ketegangan Tiongkok-AS. Selain itu, hampir setengahnya melaporkan pertumbuhan pendapatan Tiongkok tahun 2019 mereka lebih tinggi daripada di negara lain di dunia.

Survei anggota mencakup pertanyaan tentang kinerja perusahaan, prospek ekonomi, investasi, tantangan operasional, kondisi perekrutan serta kebijakan perdagangan dan tarif.

Dalam survei terpisah yang dilakukan oleh Kamar Dagang Umum Tiongkok-AS (CGCC), 95 persen perusahaan Tiongkok di AS tidak berencana untuk meninggalkan pasar AS dan 70 persen dari mereka mengatakan tidak membatalkan atau menunda investasi mereka di AS.

Menurut Xu Chen, Ketua CGCC, sebagian besar perusahaan Tiongkok di AS percaya kedua negara itu saling menguntungkan dan saling bergantung. (*)