Eric Yuan, CEO Zoom - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Perusahaan teknologi komunikasi Amerika Serikat (AS), Zoom, menutup akun sekelompok aktivis terkemuka Tiongkok yang berbasis di AS, setelah mereka mengadakan pertemuan di Zoom untuk memperingati Peringatan ke-31 Peristiwa Unjuk Rasa Tian'anmen 4 Juni 1989. Hal ini perlu dilakukan karena Zoom menghadapi sedang meningkatkan pengawasan atas masalah keamanan yang berhubungan dengan Tiongkok. Juru bicara Zoom mengkonfirmasi bahwa akun-akun tersebut sempat ditutup “untuk mematuhi hukum berlaku setempat”, tetapi, saat ini akun tersebut telah diaktifkan kembali, melansir dari axios.com.
“Sama seperti perusahaan global mana pun, kita harus mematuhi hukum yang berlaku di masing-masing tempat kita beroperasi. Ketika kami mengadakan pertemuan di berbagai negara, para peserta di negara-negara tersebut diharuskan untuk mematuhi hukum di sana. Kami ingin membatasi tindakan yang kami ambil untuk mematuhi hukum setempat dan kami juga akan terus meninjau, serta meningkatkan proses penyelidikan kami dalam masalah ini. Kami telah mengaktifkan kembali akun-akun yang berbasis di AS tersebut," tambah jubir tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 250 orang, para pembicara di sana termasuk para ibu dari siswa-siswa yang terbunuh selama tragedi 1989 silam, penyelenggara penyalaan lilin Tian'anmen Hong Kong, dan lainnya. Zhou Fengsuo (周锋锁), pendiri US nonprofit Humanitarian China dan mantan pemimpin mahasiswa dari protes Tian'anmen 1989, mengorganisir acara pada hari Minggu (31/5/2020) lalu yang diadakan melalui akun Zoom berbayar. Namun seminggu kemudian, Zhou tidak dapat mengakses akun Zoom miliknya dan surat elektroniknya pun tidak ditanggapi oleh pihak Zoom. Selain Zhou, akun Zoom Lee Cheuk Yan (李卓人), akun mantan politisi sekaligus aktivis pro-demokrasi Hong Kong pun juga ditutup pada akhir bulan Mei 2020 lalu dan tidak menerima penjelasan apapun dari pihak Zoom juga.
"Kami marah atas tindakan dari Zoom, perusahaan AS. Sebagai perangkat lunak pertemuan yang paling populer secara komersial di seluruh dunia, Zoom sangat penting sebagai jembatan universal tanpa batas bagi masyarakat Tiongkok yang sedang ingin mengingat dan memperingati Pembantaian Tian'anmen selama pandemi virus corona ini," ungkap Zhou dan para penyelenggara lainnya.
Terkait hal ini sebenarnya dapat terlihat bahwa Zoom menutup akun karena kekhawatiran mereka terhadap Tiongkok yang melarang adanya diskusi bebas dari gerakan pro-demokrasi Tian'anmen 1989. Buktinya, aktivis dan para pembangkang pro-demokrasi Tiongkok yang menghadapi pelecehan dan pengawasan, bahkan di luar perbatasan Tiongkok. Senasib dengan para aktivis, perusahaan AS yang berurusan dengan Tiongkok pun juga menghadapi pengawasan dalam penanganan konten-konten mereka yang dianggap sensitif oleh otoritas Tiongkok. LinkedIn misalnya, pihaknya memblokir akun Zhou agar tidak ketahuan otoritas Tiongkok pada tahun 2019 silam.
Naiknya popularitas aplikasi Zoom pada masa pandemi ini malah meningkatkan pengawasan terhadap hubungannya dengan Tiongkok. Perusahaan tersebut mengakui bahwa sebagian besar pengembangan produknya berbasis di Tiongkok, dan bahwa panggilan-panggilan yang diakukan via Zoom secara tidak sengaja dialihkan melalui server Tiongkok. Oleh karena itu, CEO Zoom, Eric Yuan (袁征) mengatakan pada awal bulan Juni 2020, bahwa perusahaannya telah memilih untuk tidak mengenkripsi panggilan gratis end-to-end tersebut untuk bekerja sama dengan para penegak hukum.