Lama Baca 4 Menit

Stabilitas Tetap Semboyan Kebijakan Moneter China 2021

12 January 2021, 10:23 WIB

Stabilitas Tetap Semboyan Kebijakan Moneter China 2021-Image-1

Stabilitas Tetap Jadi Semboyan Kebijakan Moneter China 2021 - gambar diambil dari initernet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami


Jakarta, Bolong.id - Otoritas moneter Tiongkok akan mempertahankan kebijakan yang konsisten dan memastikan stabilitas keuangan pada 2021, meninggalkan ruang untuk langkah-langkah konvensional demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Itu dikatakan para analis, setelah stabilitas disorot sebagai prioritas kebijakan moneter Tiongkok pada 2021 oleh Yi Gang, gubernur Bank Rakyat Tiongkok dalam sebuah wawancara dengan Kantor Berita Xinhua, dilansir dari China Daily, Selasa (12/1/2021).

Para ahli tidak mengharapkan pengetatan kondisi keuangan yang tajam maupun pengenalan langkah-langkah tidak konvensional dalam jangka waktu pendek, seiring pembuat kebijakan akan berfokus pada memastikan suntikan likuiditas yang cukup untuk menghindari risiko keuangan.

Yi mengatakan, bank sentral berkomitmen untuk menggunakan berbagai cara untuk menjaga likuiditas pada tingkat yang wajar dan memadai, berbagai upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa pertumbuhan jumlah uang yang beredar di pasaran dan pembiayaan keseluruhan secara umum sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, dibantu oleh upaya penahanan dan kebijakan yang cepat untuk mengurangi dampak pandemi COVID-19, ekonomi Tiongkok diproyeksikan tumbuh sebesar 7,9 persen pada tahun 2021, menyusul pertumbuhan 1,9 persen pada tahun 2020.

IMF menyimpulkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang "cukup mendukung" harus berlanjut sampai pemulihan ekonomi berada pada pijakan yang kokoh. Yi mengatakan bank sentral sejauh ini tidak mengadopsi suku bunga di bawah nol atau pelonggaran moneter kuantitatif, yang berarti bahwa Tiongkok adalah salah satu dari beberapa ekonomi utama yang terus menggunakan langkah-langkah moneter normal.

Tetapi mengingat pertumbuhan kredit yang cepat untuk mengurangi dampak COVID-19 pada perusahaan, tingkat leverage Tiongkok telah berkembang pesat, terutama pada paruh pertama tahun 2020. Leverage merujuk pada rasio modal pinjaman perusahaan (utang) dengan nilai saham biasa (ekuitas). Pembuat kebijakan berjanji untuk menstabilkan rasio leverage makro, atau rasio utang terhadap PDB, yang menyumbang semua pinjaman oleh pemerintah, perusahaan dan rumah tangga.

"Sejak kuartal ketiga tahun lalu, tingkat pertumbuhan rasio leverage makro telah dimoderasi," terang Yi, menambahkan bahwa rasio tersebut diproyeksikan akan mundur ke tingkat yang stabil tahun ini.

Yan Se, seorang profesor ekonomi di Sekolah Manajemen Guanghua Universitas Peking, mengatakan sikap kebijakan moneter harus tetap akomodatif dan mencegah pengetatan kondisi keuangan yang berlebihan, mengingat peningkatan infeksi COVID-19 baru-baru ini.

“Kebijakan moneter harus menjadi lebih efektif untuk memberi dukungan kepada usaha kecil, mikro dan padat karya dalam  jangka panjang, mengingat pemulihan ekonomi yang tidak merata. Mempertahankan bantuan keuangan akan membantu mengamankan pekerjaan, dan bank sentral dapat terus menggunakan fasilitas pinjaman dan rediskon,” pungkas Yan.