Lama Baca 4 Menit

Tersangka Kasus Penyerangan di Sekolah Guangxi Tertangkap!

07 June 2020, 11:43 WIB

Tersangka Kasus Penyerangan di Sekolah Guangxi Tertangkap!-Image-1

Penyerangan yang Terjadi di Sebuah Sekolah di Guangxi - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Nanning, Bolong.id - Sekolah-sekolah di Tiongkok kembali dimulai setelah terpaksa tutup selama beberapa bulan akibat dampak dari pandemi COVID-19. Namun, hal ini tidak berlangsung lama sebelum sebuah tragedi penikaman di sebuah sekolah terjadi.

Dilaporkan, sebanyak 39 siswa dan staf terluka pada Kamis pagi (04/06/2020) setelah seorang penjaga keamanan melakukan penikaman di sebuah sekolah dasar di Wuzhou, Guangxi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 37 di antaranya adalah pelajar. Para siswa dilaporkan menderita luka-luka kecil dalam serangan tersebut, sementara kedua korban dewasa mengalami luka yang cukup serius, melansir dari laman shanghaiist.com.

Penyerang telah diidentifikasi bermarga Li, seorang anggota tim keamanan sekolah yang berusia 50 tahun. Adapun, motif serangan tersebut hingga kini masih belum diketahui karena sedang dalam tahap penyelidikan. Sementara itu, dilansir dari laman china.org.cn, kejaksaan setempat di Daerah Otonomi Guangxi Zhuang di Tiongkok selatan pada hari Sabtu (06/06) menyetujui penangkapan Li sebagai tersangka atas tuduhan pembunuhan.

Seperti diketahui, serangan menakutkan yang melibatkan anak sekolah bukanlah yang pertama terjadi di Tiongkok. Pada satu dekade terakhir, terdapat serangkaian insiden yang sangat mengkhawatirkan karena melibatkan sejumlah pria yang menerobos masuk ke sekolah dan menyerang anak-anak. Beberapa insiden serupa masih terus terjadi setiap tahunnya. 

Melansir dari laman nextshark.com, pada Oktober 2018, seorang wanita dengan pisau dapur menebas setidaknya 14 anak di sebuah taman kanak-kanak di Chongqing. Pada bulan April di tahun yang sama, seorang pria, juga dengan pisau, membunuh sembilan anak dalam perjalanan pulang dari sekolah di provinsi Shaanxi. Tersangka diketahui merupakan pemuda berusia 28 tahun dan akhirnya dijatuhi hukuman mati. Selain serangan menggunakan pisau, terdapat pula pelaku yang menggunakan bahan peledak buatan sendiri, seperti kasus yang terjadi pada Juni 2017 yang menewaskan delapan orang dan melukai puluhan lainnya di luar taman kanak-kanak di provinsi Jiangsu.

Adanya pembatasan ketat terhadap senjata api di Tiongkok rupanya tak menjamin menurunnya aksi kriminalitas di negara tersebut. Terbukti, penyerang lebih memilih menggunakan pisau atau parang untuk melakukan kejahatan mereka. Para pejabat pemerintah setempat pun secara khusus menimpakan kesalahan dari serangan-serangan ini terhadap mereka yang memiliki masalah kesehatan mental dan sedang mencari sasaran empuk. Pada September 2019 lalu, otoritas pendidikan Tiongkok menginstruksikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah untuk memperkuat langkah-langkah keamanan sekolah sambil memastikan bahwa terdapat staf keamanan yang cukup dan terlatih. Sebuah kebijakan yang pada akhirnya justru dianggap blunder, sebenarnya.*