Lama Baca 3 Menit

Dibalik Hingar Bingar Kehidupan Miliarder Tiongkok: Korupsi

25 August 2020, 13:34 WIB

Dibalik Hingar Bingar Kehidupan Miliarder Tiongkok: Korupsi-Image-1

Lai Xiaomin Saat Persidangan di Tianjin pada 11 Agustus 2020 - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Rincian korupsi besar-besaran oleh Lai Xiaomin (赖小民), mantan ketua sebuah perusahaan manajemen aset milik negara, benar-benar mencengangkan, menjadikannya skandal korupsi terbesar di Tiongkok. 

Dilansir dari South China Morning Post, Lai yang merupakan mantan bos China Huarong Asset Management, pada pekan lalu mengaku bersalah dan menyatakan telah menerima suap senilai 1,78 miliar yuan (sekitar Rp3,78 triliun) antara tahun 2008 dan 2018. Artinya, Lai Xiaomin (赖小民) rata-rata menerima suap sekitar setengah juta yuan atau sekitar satu miliar rupiah setiap harinya selama satu dekade. Jumlah ini memecahkan rekor untuk jumlah uang terbesar yang terlibat dalam kasus korupsi sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949.

Lai juga ditemukan telah menyembunyikan sekitar 270 juta yuan (sekitar Rp571,8 miliar) uang tunai di sebuah apartemen yang dia juluki "supermarket".

Dibalik Hingar Bingar Kehidupan Miliarder Tiongkok: Korupsi-Image-2

Uang yang Disimpan di Dalam Apartemen Lai Xiaomin - Image from internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

"Saya menerima (uang tunai) dan menaruhnya di sana, seperti pergi ke supermarket, jadi saya menyebutnya 'supermarket'," kata Lai, dilansir dari abc.net.au. Namun, Lai khawatir bahwa dengan menghabiskannya dapat mengekspos aktivitas korupsinya kepada pihak berwenang. "Saya bahkan tidak mengeluarkan satu sen pun. Semuanya pada akhirnya disita oleh Partai. Apa gunanya punya uang sebanyak itu?" tambahnya. "Saya terlalu takut untuk menghabiskannya."

China Huarong adalah salah satu dari empat perusahaan manajemen aset milik negara terbesar di negara itu. Lai bergabung dengan Huarong pada 2009, lalu diangkat sebagai pemimpin perusahaan dan ketua partai pada 2012. Dalam wawancara eksklusif Caixin, sumber-sumber terdekat membeberkan beberapa perilaku Lai, yang disebut-sebut berpihak pada perempuan, mementingkan koneksi dan uang.

Lai diduga mengeksploitasi berbagai posisi profesional, termasuk kepala perusahaan Huarong dan direktur jenderal departemen pengawasan perbankan di People's Bank of China, dilansir dari China Daily. Lai juga dituduh memiliki sejumlah besar properti publik secara ilegal, serta istri dan kekasih simpanannya diperkirakan lebih dari 100 orang.

Lai juga pernah menjabat sebagai sekretaris Partai Komunis, namun sudah resmi dikeluarkan dari partai tersebut pada 23 Desember 2019 lalu. Kini, Lai tengah menunggu keputusan pengadilan akan hukumannya. (*)