Lama Baca 3 Menit

WHO: Kematian COVID-19 Global Bisa 2 Juta Sebelum Vaksin Tersebar

26 September 2020, 13:13 WIB

WHO: Kematian COVID-19 Global Bisa 2 Juta Sebelum Vaksin Tersebar-Image-1

Mike Ryan, Kepala Program Darurat WHO - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jenewa, Bolong.id - Jumlah kematian global akibat COVID-19 dapat berlipat ganda menjadi 2 juta sebelum vaksin berhasil digunakan secara luas. Bahkan jumlah tersebut bisa lebih tinggi tanpa tindakan bersama untuk mengekang pandemi, kata seorang pejabat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (25/9/2020).

"Kecuali jika kita melakukan semuanya, ….(2 juta kematian) bukan hanya bayangan lagi, tapi sayangnya sangat mungkin," Mike Ryan, kepala program darurat WHO, mengatakan pada sebuah pengarahan pada hari Jumat (25/9/2020).

Dilansir dari Reuters, Sabtu (26/9/2020), jumlah kematian akibat COVID-19 sekitar sembilan bulan sejak virus tersebut ditemukan di Tiongkok kini mendekati 1 juta jiwa. Ryan mengatakan bahwa pemuda tidak boleh disalahkan atas peningkatan infeksi baru-baru ini meskipun ada kekhawatiran bahwa mereka mendorong penyebaran virus setelah pembatasan dan penguncian dilonggarkan di seluruh dunia. 

“Saya sangat berharap kita tidak menunjuk jari (dan menghakimi): itu semua karena para pemuda,” kata Ryan. “Hal terakhir yang dibutuhkan pemuda adalah orang tua yang mengoceh dan mengibas-ngibaskan jari.” Sebaliknya, pertemuan di dalam ruangan oleh masyarakat dari segala usia mendorong peningkatan infeksi pandemi, katanya.

Di sisi lain, WHO melanjutkan pembicaraan dengan Tiongkok tentang kemungkinan keterlibatannya dalam skema pembiayaan COVAX yang dirancang untuk menjamin akses vaksin COVID-19 yang cepat dan adil secara global, seminggu setelah tenggat waktu penyerahan telah berlalu.

"Kami sedang berdiskusi dengan Tiongkok tentang peran yang mungkin mereka mainkan saat kami maju," kata Bruce Aylward, penasihat senior WHO dan kepala program ACT-Accelerator untuk mendukung vaksin, perawatan, dan diagnostik melawan COVID-19.

Dia membenarkan bahwa Taiwan telah mendaftar ke skema tersebut, meski bukan anggota WHO, sehingga total terdapat 159 peserta yang mengikuti program tersebut, 34 negara lainnya masih dalam tahap memutuskan.

Pembicaraan dengan Tiongkok juga mencakup diskusi tentang ekonomi terbesar kedua di dunia itu yang berpotensi memasok vaksin ke skema tersebut, katanya.

Sementara itu, badan PBB tersebut menerbitkan sebuah rancangan kriteria untuk penilaian penggunaan darurat vaksin COVID-19 dalam membantu memandu pembuat obat saat uji klinis vaksin mencapai tahap lanjutan, kata asisten direktur jenderal WHO, Mariangela Simao pada hari Jumat (25/9/2020). Dokumen tersebut akan tersedia untuk komentar publik hingga 8 Oktober 2020, terangnya.

Pada hari yang sama, pejabat kesehatan Tiongkok mengatakan WHO telah memberikan dukungannya kepada negara tersebut untuk mulai memberikan vaksin COVID-19 eksperimental kepada masyarakat, bahkan saat uji klinis masih berlangsung.