
Sejumlah tamu menghadiri upacara peresmian Institut Konfusius yang didirikan bersama oleh Tianjin Foreign Studies University (TFSU) dan Universitas Negeri Padang di Padang, Provinsi Sumatra Barat, pada 23 Oktober 2025. (Sumber: Istimewa)
PADANG, 25 Oktober (Xinhua) -- Di bawah paparan sinar matahari yang cerah dan bayangan pohon kelapa yang bergoyang-goyang, kampus Universitas Negeri Padang pada Kamis (23/10) dipenuhi dengan suasana antusias saat para tamu berkumpul untuk merayakan peresmian Institut Konfusius pertama di Pulau Sumatra, sekaligus menjadikannya sebagai Institut Konfusius ke-10 di Indonesia.
Didirikan bersama oleh Tianjin Foreign Studies University (TFSU) dan Universitas Negeri Padang, institut baru ini diharapkan dapat menghadirkan vitalitas budaya baru bagi pulau terbesar kedua di Indonesia itu, yang berpopulasi lebih dari seperlima dari total populasi Indonesia, sekaligus membuka jendela baru untuk pertukaran antara bangsa China dan Indonesia.
"Pendirian Institut Konfusius ini memiliki makna yang sangat penting, tidak hanya bagi universitas kami, tetapi juga bagi seluruh wilayah Sumatra," ungkap Krismadinata, rektor Universitas Negeri Padang.
"Melalui platform ini, para pelajar Indonesia dapat mempelajari bahasa Mandarin secara sistematis dan memahami budaya China, yang akan menjadi landasan bagi perkembangan mereka di masa depan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Mandarin, tetapi juga memperkuat kerja sama budaya dan pendidikan antara kedua negara kita," ujar Krismadinata.
Chen Wu, konselor di Kedutaan Besar China untuk Indonesia, menyebut peresmian itu sebagai "tonggak penting dalam sejarah pertukaran pendidikan antara kedua negara kita" dan "jembatan yang menghubungkan hati melalui bahasa."
"China dan Indonesia merupakan dua negara bersahabat yang dipisahkan oleh laut, dan hubungan bilateral saat ini berada pada titik terbaik dalam sejarah," sebut Chen. "Institut Konfusius akan membantu generasi muda Indonesia lebih memahami China yang sesungguhnya secara multidimensional dan komprehensif, yang memungkinkan peradaban-peradaban yang berbeda bisa bersinar melalui pembelajaran dan pertukaran timbal balik."
Pada hari yang sama, Pusat Kajian China (Center for Chinese Studies) juga diresmikan di Universitas Negeri Padang. Presiden TFSU Li Yingying mengatakan bahwa kerja sama di bidang pendidikan dan budaya merupakan ikatan vital yang menghubungkan hati kedua bangsa. "Kami berharap Institut Konfusius dapat menjadi jembatan antara generasi muda China dan Indonesia, sehingga mempererat pemahaman melalui pertukaran bahasa dan budaya," paparnya.
Bagi Ganefri, co-director Institut Konfusius di Universitas Negeri Padang, peresmian tersebut menandai terwujudnya impian yang telah lama diidamkan. "Saya telah menantikan momen ini begitu lama, dan hari ini akhirnya menjadi kenyataan," ungkapnya penuh antusias.
Ganefri menjelaskan bahwa Universitas Negeri Padang saat ini menawarkan sekitar 50 kelas bahasa Mandarin setiap semester, dengan sekitar 2.500 mahasiswa yang mempelajari bahasa tersebut. "Namun, kami telah lama menghadapi kekurangan tenaga pengajar yang berkualifikasi," tuturnya. "Institut Konfusius akan membantu mengatasi kendala ini dan menciptakan lebih banyak peluang kerja bagi mahasiswa."
Seiring dengan terus meningkatnya investasi China di Indonesia, permintaan akan tenaga kerja yang menguasai bahasa Mandarin juga semakin bertambah. "Ini merupakan peluang yang sangat berharga bagi para pelajar Indonesia," ujar Ganefri.
"Institut Konfusius tidak hanya mendorong pertukaran budaya antara kedua negara kita, tetapi juga membantu kedua bangsa untuk saling memahami dengan lebih baik. Para mahasiswa dapat mempelajari bahasa, merasakan budaya China, dan pada saat yang sama memperkenalkan budaya Indonesia kepada rekan-rekan dari China. Ini merupakan pertukaran peradaban yang sejati," tambahnya.
"Saya benar-benar menikmati bunyi dan cara penulisan bahasa Mandarin," kata Aldo Sonata, seorang mahasiswa Universitas Negeri Padang yang mengikuti kelas bahasa Mandarin. "Dengan adanya Institut Konfusius, pembelajaran kami akan menjadi lebih sistematis, dan kami dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang budaya China." Dia menambahkan bahwa banyak rekan sekelasnya juga mempelajari bahasa Mandarin karena "bahasa Mandarin memiliki keunggulan nyata dalam mencari pekerjaan."
Seperti disampaikan oleh Konselor Chen, "Bahasa adalah sarana peradaban, dan komunikasi merupakan dasar dari persahabatan." Di Pulau Sumatra, Institut Konfusius yang baru didirikan ini bukan hanya menjadi pusat pembelajaran, tetapi juga jembatan persahabatan dan pemahaman yang menghubungkan generasi muda China dan Indonesia serta membuka babak baru dalam pertukaran budaya dan pembelajaran timbal balik. Selesai
Advertisement
