BOGOR, 26 Mei (Xinhua) - Meski Imlek telah berlalu, lampion-lampion merah khas Tionghoa tampak berderet di atas jalan yang ramai pengunjung. Warung dan restoran penjaja aneka makanan dan minuman khas setempat disesaki pembeli di tengah terik matahari siang. Kendaraan umum dan pribadi pun tak ketinggalan turut memadati ruas jalan yang menjadi nadi kawasan Pecinan-nya Bogor itu, Jalan Surya Kencana.
Terletak tak jauh dari landmark ikonis Kebun Raya Bogor, Jalan Surya Kencana sering dipenuhi pelancong setiap akhir pekan dan hari libur. Kebanyakan dari mereka ingin menikmati kuliner khas Tionghoa dan Sunda yang banyak dijual di kawasan tersebut. Selain daya tarik kuliner, bentangan arsitektur bangunan di kanan-kiri jalan itu pun menarik untuk diamati.

Foto yang diabadikan pada 11 Mei 2025 ini menunjukkan "Lawang Suryakancana", gerbang masuk ke Jalan Surya Kencana, di Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Xinhua/Ery C.)
Sebuah gerbang besar yang unik akan menyambut para pelancong ketika memasuki Jalan Surya Kencana. Arsitektur gerbang ini menggabungkan budaya Tionghoa dan Sunda. Ini terlihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi struktur pelana khas China dan bagian atasnya yang dihiasi sebuah kujang, senjata tradisional etnik Sunda. Dua patung macan, masing-masing berwarna hitam dan putih di kanan-kiri gerbang, juga melambangkan perpaduan kedua budaya. Macan merupakan simbol kerajaan Sunda terbesar, yakni Kerajaan Pajajaran, sedangkan warna hitam dan putih melambangkan filosofi China Yin dan Yang.
Di sepanjang Jalan Surya Kencana, toko dan restoran lawas berbaur dengan deretan toko dan restoran yang terbilang baru. Di antara toko, restoran, dan bangunan komersial lainnya, terdapat beberapa rumah kuno yang jumlahnya tak lagi banyak. Gaya arsitektur Indis yang dimiliki rumah-rumah kuno itu membangkitkan rasa ingin tahu tentang sejarah dan perkembangan kawasan tersebut.
Menurut sejarahnya, jalan ini dibangun oleh Daendels pada 1808 sebagai bagian dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Pada 1905, namanya diganti menjadi Jalan Handelstraat. Dan pada 1970-an, pemerintah Kota Bogor secara resmi menamai jalan tersebut sebagai Jalan Surya Kencana, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan singkatannya,"Surken".

Foto yang diabadikan pada 11 Mei 2025 ini menunjukkan rumah Kapitan Tan, salah satu rumah kuno, di antara deretan bangunan komersial di Jalan Surya Kencana di Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Xinhua/Ery C.)
Kelompok-kelompok remaja penggemar fotografi kerap terlihat memotret bangunan-bangunan kuno yang masih lestari di Jalan Surya Kencana, seperti Wihara Dhanagun atau Kelenteng Hok Tek Bio, rumah keluarga Thung, dan rumah Kapitan Tan.
"Kami melatih keterampilan fotografi sembari berwisata dan mencicipi kuliner di sini," kata Ilham, seorang anggota sebuah klub fotografi asal Jakarta, saat ditemui Xinhua pada awal bulan ini.
"Bangunan-bangunan khas Tionghoa di sini perlu dipertahankan terus ke depannya, meski ada revitalisasi. Kalau tidak, ciri khas area ini sebagai kawasan Pecinan bisa pudar," tutur Atok, salah seorang pengunjung.
Sejumlah program revitalisasi memang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota Bogor. Pembetonan jalan, pembangunan trotoar, pendirian sentra kuliner, dan pembuatan pilar-pilar jalan berciri khas Tionghoa di kanan-kiri Surya Kencana menjadi beberapa contoh hasil revitalisasi.

Foto yang diabadikan pada 11 Mei 2025 ini menunjukkan salah satu gang di Jalan Surya Kencana di Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Xinhua/Ery C.)
Revitalisasi Surya Kencana telah dimulai sekitar 2018 dan dilaksanakan secara bertahap. Hingga kini, program tersebut belum sepenuhnya tuntas. Salah satunya adalah revitalisasi Plaza Bogor dan sentra kuliner "Teras Surken" yang ada di sampingnya. "Teras Surken" sendiri sebenarnya baru didirikan pada 2020 dan sudah harus dibongkar pada 2023 karena menjadi bagian dari revitalisasi Plaza Bogor.
Menurut otoritas setempat, mulurnya pengerjaan penataan kawasan Surya Kencana disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain banyaknya perubahan perencanaan di tengah proses pengerjaan dan padatnya penduduk di kawasan tersebut.
Seiring perkembangan zaman, modernisasi tak akan terelakkan di mana pun. Namun demikian, revitalisasi Surya Kencana diharapkan tidak menanggalkan identitasnya sebagai salah satu kawasan Pecinan di Indonesia dan tetap melestarikan warisan budaya yang dimilikinya. Selesai
Advertisement
