
JAKARTA, 30 April (Xinhua) -- Sebuah acara untuk membahas hubungan Republik Indonesia (RI) dengan China digelar oleh wadah pemikir (think tank) Center of Economic and Law Studies (Celios) di Jakarta pada Rabu (30/4), mengingat tahun ini menandai peringatan 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara.
Pejabat dari Direktorat Asia Timur di Kementerian Luar Negeri RI, Dino R Kusnadi, mengatakan visi China tentang membangun komunitas manusia dengan masa depan bersama menunjukkan sikapnya yang mendukung pembangunan negara-negara mitra, termasuk Indonesia.
"Saya pikir peluang dari kerja sama dengan China lebih besar dari yang diketahui," ujarnya dalam acara itu.
Co-founder Gentala Institute, Christine Susanna Tjhin, yang hadir sebagai salah satu pembicara, menyinggung dua sektor yang berpotensi diperkuat dalam kerja sama dengan China, yakni pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan maritim.
Menurut Christine, kerja sama dengan China untuk pengembangan UMKM lokal menjadi alternatif solusi atas masalah ekonomi domestik di tengah deindustrialisasi dan pelemahan daya beli kelas menengah. Di sisi lain, Indonesia juga bisa belajar lebih banyak dari China terkait kemajuan industri maritim di negara tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menekankan pentingnya peningkatan kerja sama transisi energi.
Indonesia juga memiliki ruang kerja sama terkait restorasi hutan, pengembangan farmasi, dan teknologi pangan. "Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati berupa bahan mentah untuk kebutuhan farmasi dan ini belum diproses," ujarnya.
Kerja sama Indonesia dengan China telah membuahkan hasil nyata di banyak bidang dalam beberapa tahun terakhir, terus mendorong peningkatan kepercayaan timbal balik di antara kedua negara. Selesai
Advertisement
