Li Song (李松) - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
Tiongkok, Bolong.id – Dilansir Global Times, diplomat Tiongkok menyatakan oposisi kuat kepada AS pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa pada hari Selasa (30/6/20) lalu. Ia mengatakan tuduhannya terhadap Tiongkok mengenai kontrol epidemi dan kebijakan pengendalian senjata adalah omong kosong, dan menyerukan AS untuk meninggalkan mentalitas perang dinginnya.
Li Song (李松) Dubes Tiongkok Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Urusan Perlucutan Senjata (中国裁军事务特命全权大使李松) mengatakan, serangan ganas oleh AS terhadap Tiongkok atas epidemi adalah omong kosong dan merupakan upaya untuk mengelak dari tanggung jawab anti-epidemi domestik dan internasionalnya, dan trik ceroboh mereka untuk mencoba membuang tanggung jawab telah lama diketahui dunia.
Pada konferensi virtual tersebut, dubes perlucutan senjata AS untuk PBB Robert Wood melakukan serangan terhadap pemerintah Tiongkok, menuduh Tiongkok menyembunyikan epidemi dan membahayakan dunia. Wood juga secara tidak masuk akal mengkritik kebijakan pengendalian senjata nuklir Tiongkok dan pembangunan militer, dengan alasan bahwa Tiongkok merupakan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan dunia. Li Song (李松)menampikkan, “Mentalitas Perang Dingin yang mengakar tidak bisa membuat AS lebih kuat lagi, juga tidak bisa membawa keamanan bagi dunia. Sangat jelas bagi dunia yang merupakan ancaman terbesar dan paling realistis bagi perdamaian dan keamanan dunia. Baik itu dari perspektif kebijakan strategis nuklir atau skala persenjataan nuklirnya, Tiongkok dan AS sama sekali tidak ada bandingannya.”
Dalam pidato konferensinya, Li Song (李松)mengatakan bahwa Tiongkok akan mendukung multilateralisme dengan tegas dan mempromosikan kemajuan kendali dan non-proliferasi senjata internasional. Ia menegaskan bahwa Tiongkok akan secara resmi bergabung dengan Perjanjian Perdagangan Senjata. Dengan bergabungnya Tiongkok ke dalam perjanjian tersebut menandakan tekad dan ketulusan Tiongkok dalam mendukung multilateralisme, dan membangun komunitas dengan masa depan kemanusiaan yang sama. Perjanjian yang mulai berlaku pada Desember 2014 ini bertujuan untuk mengatur perdagangan senjata konvensional dan menindak transfer senjata ilegal, yang sebelumnya telah ditolak oleh AS.
Li Song
(李松)
mengecam AS karena mengejar unilateralisme dan keistimewaan dan menarik serangkaian perjanjian keamanan dan pengendalian senjata internasional yang penting. Ia menegaskan, “Sebagai negara adidaya dengan persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih, AS harus memikul tanggung jawab khusus dan prioritas untuk pengurangan drastis persenjataan nuklir.” Terkait tuduhan AS terhadap Tiongkok mengenai pandemi COVID-19, Li Song
(李松)
mengatakan hal itu adalah musuh bersama bagi seluruh umat manusia, yang merupakan tantangan besar bagi dunia. Kerja sama internasional dalam memerangi pandemi ini membuktikan pentingnya mematuhi multilateralisme dan solidaritas internasional, yang juga merupakan dasar untuk memastikan kemenangan akhir melawan pandemi dan pembangunan komunitas takdir yang sama. (*)