Ilustrasi. Foto: Todays Past - Image from Todays Past
Ilustrasi. Foto: Medium World - Image from Medium World
Jakarta , Bolong.id - Mark Tanner (Direktur China Skinny, periset konsumen), secara spesifik mengulik Oppo. Fokus pada strategi marketingnya.
Bermula, kampanye pemasaran Oppo membidik segmen pasar lokal Tiongkok. Ingat, ada 1,41 miliar penduduk Tiongkok per akhir 2019.
Apa yang dilakukan Oppo?
"Promosinya begini: Inovasi teknologi tinggi pada produk. Barang yang canggih… canggih… canggih…" kata Mark Tanner.
Dipaparkan, ponsel Oppo menyediakan waktu bicara selama tiga jam. Pengisian batre (charging) cuma lima menit.
Promosi dilakukan oleh juru bicara bintang-bintang film top China dan Korea Selatan (populer di Tiongkok). Secara masal di berbagai penjuru Tiongkok. Roadshow.
Alhasil, publik Tiongkok sangat kaget. Mereka takjub, sekaligus bangga. Bahwa produk dalam negeri sudah secanggih itu.
Itulah yang membuat Oppo, dengan segera, menempati posisi kedua (di bawah Huawei) dalam volume penjualan, di pasar lokal.
Bandingkan dengan dulu (2011), kata Mark Tanner. Waktu itu Xiaomi berpromosi begini:
"Xiaomi adalah produk alternatif. Bagi masyarakat yang belum mampu membeli iPhone atau Samsung, belilah Xiaomi."
Karena harga Xiaomi jauh lebih murah dibanding iPhon dan Samsung. Artinya, Xiaomi fokus ke pricing oriented.
Whaduh… dampaknya fatal.
Terbukti, strategi bisnis seperti itu gagal-total di Tiongkok. Konsumen Tiongkok merasa tidak keren, membeli Xiaomi. Tidak trendi. Mereka pilih produk impor.
"Hari ini, mereka tidak berkata begitu lagi,” ujar Mark Tanner.
“Hari ini, mereka promosi: Belilah ponsel kami. Karena inilah produk industri maju. Berkualitas tinggi. Harganya pasti mahal."
Berkualitas tinggi, dan mahal.
Konsumen pun berbondong-bondong beli. Mereka bangga membeli produk dalam negeri. Mereka mengikuti trend, merasa keren...
“Orang China pada dasarnya bangga dengan capaian mereka. Seolah mereka berkata: Hei... kita sebenarnya negara yang keren, loh,"
Tanner menyimpulkan.
Pendapat Mark Tanner itu bisa jadi pelajaran bagi kita semua. Analisis yang inspiratif. Semoga bermanfaat. (*)
Mark Tanner:
Advertisement