Yogyakarta, Bolong.id – Kelenteng Poncowinatan (Kwan Tee Kiong) didirikan 1879 di Yogyakarta. Tanahnya lahan hibah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang diberikan kepada masyarakat Tionghoa.
Keleteng ini dibangun menghadap selatan sebagai tanda menghormati Keraton Yogyakarta.
Dilansir dari berbagai sumber, kelenteng berbentuk persegi ini dibuat dari dari bata dan tiangnya dari kayu jati. Untuk atapnya gentengnya menggunakan papan kayu jati. Setiap sudut atap melengkung ke atas dan di beri hiasan patung naga.
Bagian dalam kelenteng terbagi beberapa ruangan yaitu ruangan suci utama yang menjadi pusat bangunan dan dikelilingi ruang-ruang pemujaan dewa. Kemudian gudang dan ruang kamar penjaga kelenteng.
Pada ruang suci utama terdapat patung Kwan Tie Koen (Dewa Keadilan), bedug, lonceng, dan alat perlengkapan ibadah lainnya.Di sebelah timur ruang suci utama ada ruang pemujaan yang berisi patung Fuk Ten Cen Sen (penunggu rumah).
Di sebelah utara ruang suci utama (belakang) terdapat ruang pemujaan yang berisi patung Dewi Kwan Im (tengah), ruang pemujaan Sidharta Buddha Gautama (di kanan) dan ruang pemujaan Manjusri Bodhisatwa (di kiri) (Hariana, 1999).
Kelenteng Poncowinatan dilengkapi fasilitas pendidikan. Di lingkungan kelenteng didirikan Sekolah Dasar Tionghoa modern bernama Sekolah Tiong Hoa Hak Tong pada 1907 oleh Perserikatan Orang Tionghoa yaitu Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Sekolah tersebut berada di sebelah barat kelenteng, sekarang digunakan untuk Sekolah Budya Wacana.
Selain dilengkapi bangunan untuk kegiatan pembelajaran, di sekitar kelenteng juga terdapat lapangan terbuka untuk berlatih fisik, kungfu dan lain-lain.
Kelenteng Poncowinatan digunakan sebagai tempat pemujaan Tri Dharma yaitu Buddha, Konghucu, dan Taoisme. Upacara keagaman di kelenteng ini biasanya dilaksanakan pada hari ulang tahun kelenteng pada 24 Juni dan tahun baru imlek. (*)
Informasi Seputar Tiongkok