Home     News     g20
Lama Baca 5 Menit

Inilah Pidato Presiden Xi Jinping di KTT G20 Bali

16 November 2022, 12:37 WIB

Inilah Pidato Presiden Xi Jinping di KTT G20 Bali-Image-1
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato berjudul "Bekerja Bersama untuk Memenuhi Tantangan Zaman Kita dan Membangun Masa Depan yang Lebih Baik" pada KTT ke-17 Kelompok 20 (G20) di Bali, Indonesia, 15 November 2022.

Bali, Bolong.id - Pada Selasa lalu, Presiden Tiongkok, Xi Jinping berpidato di KTT G20 di Bali, Indonesia, Selasa (1/11/2022). Banyak hal penting di pidato tersebut.

Dilansir dari 国际在线 Rabu (16/11/2022), pidato Xi Jinping terkait kondisi ekonomi dunia yang menghadapi banyak tantangan. Antara lain, risiko resesi, adanya politik blok yang memicu konfrontasi, jurang lebar antara si kaya dan si miskin, serta memburuknya krisis pangan dan keamanan. Berikut cuplikannya:

Solidaritas dan Kerja Sama Sebagai Satu-satunya Cara

Meningkatkan kemitraan dan kerja sama juga menjadi topik utama dalam rangkaian pertemuan bilateral antara Xi dan para pemimpin negara lain pada hari Selasa. 

Saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Xi mengatakan Tiongkok siap bekerja sama dengan Perancis untuk meningkatkan komunikasi, termasuk merespons iklim dan konservasi keanekaragaman hayati, bersama-sama menegakkan multilateralisme sejati, mengatasi tantangan global seperti ketahanan pangan dan energi, serta menemukan solusi untuk masalah pelik yang dihadapi pembangunan berkelanjutan.

Saat mengadakan pembicaraan dengan Presiden Senegal Macky Sall, Xi mengatakan Tiongkok akan terus meningkatkan solidaritas dan kerja sama dengan Senegal dan negara-negara Afrika lainnya untuk bersama-sama membangun komunitas Tiongkok-Afrika dengan masa depan bersama di era baru.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, Xi menekankan bahwa Tiongkok siap bekerja sama dengan Korea Selatan untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama budaya, meningkatkan komunikasi dan koordinasi di G20 dan forum lainnya, bersama-sama mempraktikkan multilateralisme sejati dan menjaga perdamaian secara keseluruhan dan stabilitas di kawasan.

Seperti yang dicatat Xi, untuk memperdalam kerja sama di antara semua negara adalah satu-satunya cara yang layak untuk melewati masa-masa sulit, kata Mohammed Saqib, ekonom India dan sekretaris jenderal Dewan Ekonomi dan Kebudayaan India-Tiongkok.

Tiongkok telah memberikan contoh kolaborasi dan komitmen dengan negara-negara lain di tengah pandemi COVID-19. Saya pikir inilah saatnya pemerintah harus mengikutinya dan maju untuk meningkatkan kerja sama menyeluruh secara holistik untuk keluar dari kekacauan ini.

Pembangunan Umum yang Merata

Seperti yang telah dia nyatakan dalam banyak kesempatan sebelumnya, pemimpin Tiongkok sekali lagi menyerukan lebih banyak upaya global untuk mendukung dan membantu negara-negara berkembang dan memastikan bahwa manfaatnya dibagikan ke seluruh dunia.

"Pembangunan hanya nyata ketika semua negara dapat berkembang bersama," kata Xi dalam pidatonya. "Kemakmuran dan stabilitas tidak mungkin terjadi di dunia, jika yang kaya semakin kaya sementara yang miskin semakin miskin."

Kata-kata Xi adalah cerminan yang jelas dari komitmen jangka panjang Tiongkok terhadap pembangunan bersama.

Dalam pandangan Bambang Suryono, ketua Pusat Studi Inovasi Asia think tank Indonesia, masyarakat dunia, dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang semakin meningkat, peran G20 memberikan harapan yang lebih tinggi dalam meningkatkan tata kelola global.

Suryono mendesak negara maju untuk memenuhi janjinya dengan tindakan praktis, sepenuhnya mengakomodasi kesulitan dan kekhawatiran negara berkembang dan kurang berkembang, serta memberikan dukungan dalam modal, teknologi, dan peningkatan kapasitas.

Oleh karena itu, kerja komprehensif tentang topik ini sangat penting, karena "semua negara memiliki hak yang sama dan kesempatan untuk mewujudkan pembangunan berdasarkan kepentingan bersama," katanya.

Bersama-sama Mengatasi Krisis Pangan dan Ketahanan Energi

Krisis pangan dan energi global yang berdampak buruk bagi banyak negara dan kawasan merupakan tantangan yang paling mendesak dalam pembangunan global. 

Dalam pidatonya, Xi menunjukkan bahwa akar penyebab krisis yang sedang berlangsung bukanlah mengenai produksi atau permintaan, tetapi terputusnya rantai pasokan dan kerja sama internasional.

Dia menyarankan agar komunitas global meningkatkan kerja sama dalam pengawasan dan regulasi pasar, membangun kemitraan komoditas, mengembangkan pasar komoditas yang terbuka, stabil dan berkelanjutan, dan bekerja sama untuk membuka rantai pasokan dan menstabilkan harga pasar. 

Dia juga menolak dengan tegas terhadap upaya mempolitisasi masalah pangan dan energi atau menggunakannya sebagai alat dan senjata. Pidato Xi dipuji secara luas oleh para ahli dan pengamat asing. 

Suryono, pakar Indonesia, juga berpendapat serupa bahwa untuk menjaga ketahanan pangan dan energi global, negara-negara harus menjembatani perbedaan dan memecahkan masalah melalui dialog dan koordinasi, bukan menggunakannya sebagai target sanksi dan sebagai alat tawar-menawar dalam diplomasi.(*)