Lama Baca 3 Menit

Tren Baru di China, Orangtua Berlomba Suntik 'Darah Ayam' pada Anak

02 November 2021, 06:00 WIB

Tren Baru di China, Orangtua Berlomba Suntik 'Darah Ayam' pada Anak-Image-1

Tren Baru di China, Orangtua Berlomba Suntik 'Darah Ayam' Pada Anak - Image from 百度

Bolong.Id – Baru-baru ini, sebuah tren dalam dunia pendidikan muncul di Tiongkok. Para orang tua di Tiongkok berlomba untuk menyuntikan ‘Darah Ayam’ pada anak, terutama di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou. Apa itu suntik 'Darah Ayam' ?

Dilansir dalam 豆老师教育 pada (1/11/2021), istilah 'Darah Ayam' berasal dari filosofi ‘bayi-bayi ayam’ yang ditempa lebih keras agar menjadi ‘produk unggul’ di masa depan. Zaman dahulu kala, dalam dunia perawatan, darah ayam pernah menjadi tren karena ayam jantan yang menerima darah ayam segar menjadi bibit unggul.

Seiring berjalannya waktu, istilah suntik ‘darah ayam’ pada anak dipakai untuk menyebut orang tua yang menjadikan anaknya 'produk unggul'. Cara yang mereka lakukan adalah menyewa tutor eksklusif dan pelatih terbaik.

Salah satu contoh kasus suntik 'Darah Ayam' pada anak yang ditemukan adalah terdapat orang tua yang meskipun anaknya baru berusia tiga tahun, telah didaftarkan pada lima atau enam kelas peminatan seperti bahasa, matematika, hingga pemikiran dan logika. Anak-anak harus bergegas dari pagi hingga malam setiap harinya. Orang tua akan cemas dan menganggapnya bodoh apabila anak tersebut menunjukkan rasa lelah belajar. 

Selain itu, bahkan ada pula orang tua yang rela membeli rumah lagi di sebelah sekolah agar anak dapat terus belajar. Dengan perubahan kurikulum pendidikan di Tiongkok yang menambahkan keterampilan fisik, budaya, seni, dan pengalaman internasional dalam penerimaan sekolah, orang tua pun kemudian berlomba untuk mengirimkan anak-anaknya ke lembaga pelatihan bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Mandarin, dan sebagainya.

Tren ini pun menyebabkan tingkat miopi anak-anak di Tiongkok termasuk yang tertinggi di dunia. Sebanyak 71% murid SMP dan 81% murid SMA di Tiongkok mengalami rabun jauh. Selain itu, depresi di kalangan remaja juga meningkat. Menurut laporan Kesehatan Mental Nasional pada tahun 2019-2020, ditemukan 25% remaja Tiongkok menderita depresi dan 7,4% menderita depresi berat. (*)

Informasi Seputar Tiongkok