Lama Baca 3 Menit

Cerita Zhu Aobing, Relawan Uji Coba Vaksin COVID-19

23 March 2020, 23:02 WIB

Cerita Zhu Aobing, Relawan Uji Coba Vaksin COVID-19-Image-1

Zhu Aobing, 27 tahun, mahasiswa tahun pertama jurusan Manajemen, Universitas Teknologi Hubei, menjadi salah seorang relawan di kelompok dosis rendah pada uji klinis fase I dari vaksin COVID-19. Dari 108 orang relawan yang memenuhi syarat dibagi menjadi kelompok vaksin dosis rendah, kelompok vaksin dosis menengah dan kelompok vaksin dosis tinggi, dengan 36 orang di setiap kelompok.


“Saya tidak ingin hanya berdiam diri rumah untuk pencegahan dan pengendalian epidemi. Saya ingin melakukan sesuatu, sebuah tindakan, walaupun hanya membantu sedikit.” ungkap Zhu Aobing. Ia juga menyatakan sempat menjadi relawan untuk mendirikan tenda penyimpan bahan makanan, melakukan pemeriksaan, mendisinfeksi beberapa tempat dan melakukan pencatatan pendaftaran warga.


Pada 16 Maret, ia melihat pengumuman tentang perekrutan relawan uji coba klinis di WeChat. Persyaratannya adalah; orang dewasa yang sehat berusia antara 18-60 tahun, tidak ada riwayat COVID-19 atau riwayat infeksi, tidak ada riwayat alergi vaksinasi. Zhu Aobing tidak bermasalah dengan persyaratan dan segera mendaftar dan melakukan pemeriksaan kesehatan pada 18 Maret. Pagi 19 Maret, ia menerima telepon yang mengatakan bahwa ia lulus pemeriksaan fisik untuk relawan uji coba klinis.


Selanjutnya, para relawan memasuki periode isolasi selama 14 hari. Zhu Aobing mengatakan “Kami ditempatkan di pusat pemulihan khusus di Donghu, Wuhan. Kami tinggal dalam satu kamar. Makan tiga kali sehari disiapkan dan didistribusikan oleh petugas. Makanannya pun sangat enak.” Selama isolasi, relawan dilarang merokok atau minum dan makan makanan lain, dan juga harus mempunyai izin untuk keluar. Selain inspeksi rutin dan pengambilan foto,video untuk laporan, sisanya adalah waktu bebas. Zhu Aobing biasanya mengikuti kelas online dan mengerjakan tugas kuliah. Setiap malam, ia akan menelpon orang tua untuk mengabarkan situasi terakhir agar mereka tidak khawatir. Ketika ditanya apakah dia khawatir dengan risiko vaksinasi, ia menjawab; “Saya melakukan yang terbaik untuk membuat kota ini lebih baik. Ketika Wuhan dalam kesulitan atau pun negara ini dalam kesulitan, saya akan membantu Wuhan dan rakyat tanpa ragu-ragu.” 


Editor: Nabila Caya