WHO - Image from nusadaily.com
Jakarta, Bolong.id - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meminta negara-negara kaya stop kesepakatan bilateral dengan produsen vaksin terkait pembelian yang lebih banyak.
Ini dikarenakan masih ada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah belum menerima pasokan vaksin COVID-19. Dilansir dari Liputan6 pada Sabtu (09/01/2021).
"Negara kaya bisa memvaksinasi semua penduduk mereka, sementara beberapa negara justru tidak memiliki pasokan vaksin COVID-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, dikutip Channel News Asia, Sabtu (9/1/2021).
WHO mendesak negara-negara yang memesan vaksin dalam jumlah yang berlebih untuk menyerahkan sebagian vaksin ke program berbagi vaksin yang dibuat oleh WHO, yakni COVAX.
Beberapa negara kaya seperti Inggris, Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, Swiss, dan Israel berada di garis terdepan dalam antrean pengiriman vaksin dari perusahaan produsen vaksin seperti Pfizer - BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca.
Uni Eropa bahkan telah mencapai kesepakatan dengan Pfizer-BioNTech untuk 300 juta dosis tambahan vaksin COVID-19. Dosis tersebut merupakan setengah dari total produksi perusahaan itu untuk tahun 2021.
Awal pekan ini, WHO mengatakan program berbagi vaksin, COVAX telah mengumpulkan dana sebesar USD 6 miliar dari target USD 7 miliar. Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pengiriman vaksin ke 92 negara berpenghasilan rendah yang memiliki sarana terbatas dan tidak mampu membeli vaksin. (*)
Advertisement