Muslim Uyghur di Xinjiang - Image from Republika
Jepang, Bolong.id - Untuk memperkenalkan kehidupan nyata masyarakat lokal di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang Tiongkok barat laut, Pardin Pahti, seorang pemuda Uyghur yang sekarang tinggal di Jepang memberikan ceritanya pada hari Kamis lalu, menceritakan sekilas tentang kehidupan harmonis semua kelompok etnis di sana.
Pardin, yang dibesarkan di Urumqi, ibu kota Xinjiang, berbicara tentang pendidikan, warisan budaya, dan integrasi etnis orang Uyghur dengan menunjukkan foto dan video kepada hampir 200 peserta Tiongkok dan Jepang baik online maupun offline.
Dilansir dari Xinhuanet pada Sabtu (5/1/2021), di Tiongkok, banyak sekolah menengah dan universitas memiliki kuota pendaftaran dan beasiswa khusus untuk siswa Uyghur, kata pemuda itu, dan semua sekolah ini memiliki kantin halal.
Sementara itu, bahasa dan budaya Uyghur telah dilindungi dan diteruskan di Xinjiang, katanya. Berkat upaya pemerintah, musik tradisional suku Uyghur, Twelve Muqam, telah masuk dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Dunia.
Ketika berbicara tentang integrasi etnis di Xinjiang, Pardin mengatakan bahwa dalam proses hidup bersama, banyak terjadi integrasi berbagai etnis dalam hal pola makan, pakaian, bahasa, dan kebiasaan hidup.
"Orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang berharap kami akan menjalani kehidupan yang harmonis dan damai," katanya. "Kami tidak ingin melihat insiden teroris lagi."
Dalam pidatonya, Pardin membantah rumor seperti orang Uyghur tidak bisa menghubungi kerabat dan teman di Xinjiang atau tidak bisa masuk kembali ke Jepang setelah kembali ke Tiongkok.
Sementara itu, dia mengundang teman-teman Jepang untuk mengunjungi Xinjiang ketika wabah COVID-19 selesai untuk melihat sendiri kehidupan nyata orang-orang di Xinjiang.
Zhu Jianrong, seorang profesor di Toyo Gakuen University of Japan, mengatakan beberapa negara maju di Eropa memiliki prasangka buruk terhadap Tiongkok. Menghebohkan masalah Xinjiang adalah taktik stigmatisasi oleh Amerika Serikat untuk menahan perkembangan Tiongkok.
Orang-orang Uyghur setempat di Xinjiang meyakinkan untuk menceritakan pengalaman mereka sendiri, kata profesor itu. Dia berharap lebih banyak orang Jepang dapat membuat penilaian independen dan pergi ke Xinjiang untuk melihat sendiri. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement