Foto udara banjir di Lianbo, Shanxi - Image from Xinhua
Shanxi, Bolong.id - Lebih dari 120.000 orang telah dievakuasi akibat hujan terus menerus memicu banjir di Provinsi Shanxi, Tiongkok utara, kata pihak berwenang, Minggu (10/10/2021).
Banjir telah mengganggu kehidupan 1,76 juta penduduk provinsi tersebut di 76 kabupaten dan kota, menurut departemen manajemen darurat provinsi.
Dilansir dari Daily Economic News pada Minggu (10/10/2021), sekitar 190.000 hektar tanaman rusak dan lebih dari 17.000 rumah ambruk, kata departemen itu.
Departemen manajemen darurat dari berbagai tingkatan telah mengalokasikan 4.000 tenda, 3.200 tempat tidur lipat serta pakaian katun dan selimut untuk bantuan bencana.Biro meteorologi provinsi mengatakan lebih banyak hujan akan turun di bagian selatan Shanxi, dengan suhu diperkirakan turun drastis.
Pemerintah provinsi telah mengalokasikan 50 juta yuan (sekitar Rp110,4 miliar) untuk mendukung pengendalian banjir dan pekerjaan bantuan.
Zhang Jinye, dari daerah pedesaan di kota Hejin, termasuk di antara 200 lebih penduduk desa yang telah dievakuasi ke sekolah dasar terdekat. Ruang kelas dilengkapi dengan AC, air panas, TV set dan tempat tidur.
"Bahkan selimut sudah siap ketika kami tiba," kata Zhang, 60 tahun.
Pada hari Sabtu, Komisi Nasional Tiongkok untuk Pengurangan Bencana dan Kementerian Manajemen Darurat bersama-sama mengaktifkan tanggap darurat Tingkat IV untuk banjir di Shanxi. Provinsi juga telah mengeluarkan tanggap darurat Tingkat III untuk bencana alam.
Tiongkok memiliki sistem tanggap darurat pengendalian banjir empat tingkat, dengan Level I menjadi yang paling parah.
Terletak di ujung timur Dataran Tinggi Loess, Shanxi biasanya kering. Namun, rata-rata curah hujan provinsi ini mencapai 119,5 mm mulai pukul 20.00 pada 2 Oktober hingga 8 pagi pada 7 Oktober tahun ini, tiga kali lipat dari curah hujan rata-rata normal untuk Oktober di tahun-tahun sebelumnya, menurut biro meteorologi provinsi.
Sebanyak 63 stasiun pemantauan cuaca nasional di provinsi tersebut melihat akumulasi angka curah hujan mencapai rekor tertinggi.
Warga bahu membahu membangun tanggul di Lianbo, Shanxi - Image from Xinhua
Di sepanjang hilir Sungai Fenhe, anak sungai Sungai Kuning, jalur air terpanjang kedua di Tiongkok, aliran air maksimum mencapai 1.100 meter kubik per detik, puncak banjir terbesar dalam hampir 40 tahun.
Hal ini menyebabkan tanggul jebol di bagian sungai di Hejin, di kota Yuncheng, pada pukul 7 pagi pada hari Sabtu.
He Xin termasuk di antara mereka yang dikerahkan untuk memperbaiki tanggul. Celana dan sepatunya basah semua.
“Air banjir sampai ke pinggang saya. Kami harus menggunakan mesin untuk memperbaikinya,” katanya.
Hingga saat ini, perbaikan masih berlangsung.
Air banjir puncak dari Sungai Fenhe mengalir ke Sungai Kuning pada hari Sabtu, tetapi ketinggian air di anak sungai itu masih tinggi, menurut biro urusan air Yuncheng.
Hujan deras juga merusak bagian tembok sepanjang 25 meter di kota kuno Pingyao, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang terkenal dengan arsitektur kunonya yang terpelihara dengan baik.
Hujan yang terus menerus adalah ancaman terbesar bagi arsitektur tanah liat terbuka dengan sejarah 2.700 tahun. (*)