Lama Baca 3 Menit

Tingginya Kasus COVID-19, Shanghai Lockdown Tanpa Batas Waktu

07 April 2022, 13:23 WIB

Tingginya Kasus COVID-19, Shanghai Lockdown Tanpa Batas Waktu-Image-1

Pandemi di Shanghai - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Beijing, Bolong.id – Shanghai kembali memberlakukan lockdown disetiap daerahnya. Harusnya hanya berlangsung 5 hari, sekarang jadi tanpa batas waktu.

Dilansir dari 新浪网 pada Selasa (05/04/22), Tiongkok kembali memperpanjang lockdown Kota Shanghai. Lockdown harusnya berakhir dilakukan selama 5 hari di barat kota. Tapi ternyata lockdown malah meluas ke timur kota hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Alasannya sederhana, COVID varian Omicron tak juga hilang. Tetapi semakin menggila dengan angka di atas 10.000 kasus.

Kemarin saja, Shanghai mencatat 13.000 kasus tanpa gejala dengan 268 kasus bergejala. Ini tiga kali lipat dibanding sembilan hari sebelumnya, ketika pengumuman lockdown fase kedua.

"Saat ini, pencegahan dan pengendalian pandemi Shanghai berada pada tahap yang paling sulit dan paling kritis," kata Wu Qianyu, seorang pejabat di komisi kesehatan kota.

"Kita harus mematuhi kebijakan umum 'pembersihan' (kasus COVID-19) tanpa ragu-ragu."

Dibanding negara lainnya, kasus Tiongkok memang lebih sedikit. Namun strategi "nol COVID-19" yang menggunakan penguncian ketat dikhawatirkan mempengaruhi ekonomi global yang bergantung pada pasokan Tiongkok.

Penguncian dilakukan Tiongkok untuk melakukan pengetesan massal ke warga.

Sebelumnya 3 April lalu, 2.000 personil medis sudah direkrut untuk membantu mengatasi COVID-19 di Shanghai.

Parahnya lagi, kebijakan karantina Shanghai semakin ketat. Anak-anak yang terpapar COVID harus dipisahkan dari orang tua. Kebijakan ini dikritik habis-habisan oleh warga.

Tapi Wu tidak mengomentari keributan itu. Dia bersikeras bahwa anak-anak yang dites positif harus dipisahkan.

Penduduk Shanghai mengorganisir petisi online yang menyerukan agar anak-anak tanpa gejala diizinkan untuk diisolasi di rumah. Setidaknya 1.000 orang menandatangani hal itu meski petisi tiba-tiba tak bisa lagi diakses sejak kemarin. (*)


Informasi Seputar Tiongkok