Lama Baca 3 Menit

Filosofi Tahun Ular: Pencipta Manusia Setengah Ular dan Peradaban Tiongkok

04 February 2025, 08:21 WIB

Filosofi Tahun Ular: Pencipta Manusia Setengah Ular dan Peradaban Tiongkok-Image-1
Lukisan Tiongkok kuno tentang Fuxi dan Nüwa ditemukan di Xinjiang, Tiongkok

Beijing, Bolong.id - Bulan Januari tahun 2025 ini, orang-orang Tionghoa  merayakan Tahun Baru Imlek, menyambut Tahun Ular.

Dilansir dari 人民网, orang-orang Tionghoa memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang ular dibandingkan dengan konotasi negatif yang dimiliki oleh orang-orang Barat. Ular disebut "naga kecil" di Tiongkok, sedangkan menurut mitologi kuno, pencipta manusia adalah campuran manusia dan ular.

Banyak orang di Tiongkok menganggap ular sebagai jimat keberuntungan, dan dalam legenda, ular sering dianggap sebagai makhluk yang akan membalas budi dengan memberikan kemakmuran kepada manusia.

Nüwa (女娲) dan Fuxi (伏羲): Pencipta manusia setengah ular dan peradaban Tiongkok

Filosofi Tahun Ular: Pencipta Manusia Setengah Ular dan Peradaban Tiongkok-Image-2
Nüwa sedang memperbaiki pilar surga

Nüwa, dewi Cina yang kesepian, menciptakan orang-orang dari tanah liat untuk memberikan persahabatan.

Akibat penghancuran Gunung Buzhou oleh Gonggong (dewa air Tiongkok), yang berfungsi sebagai pilar penyangga langit, Banjir Besar melanda dunia, menyebabkan penderitaan yang tak terkira bagi umat manusia. 

Nüwa merasa kasihan terhadap manusia yang telah diciptakannya dan berusaha memperbaiki langit. Ia mengumpulkan lima batu berwarna (merah, kuning, biru, hitam, dan putih) dari dasar sungai, meleburnya, dan menggunakannya untuk menambal langit; langit (awan) telah berwarna-warni sejak saat itu. 

Ia kemudian membunuh seekor kura-kura raksasa dan memotong keempat kakinya untuk dijadikan pilar baru guna menopang langit. Nüwa menyelesaikan misinya dengan menakut-nakuti makhluk liar, memadamkan api, dan membendung banjir dengan tumpukan abu dari alang-alang yang terbakar, dan dunia kembali ke keadaan damai sebelumnya.

Nüwa Mends the Heavens (女娲补天) adalah legenda terkenal dalam budaya Tiongkok. Keberanian dan kebijaksanaan Nüwa mengilhami orang Tiongkok kuno untuk menaklukkan alam. Kisah ini telah menjadi subjek favorit para penyair, pelukis, dan pematung Tiongkok serta telah mengilhami banyak puisi, novel, lukisan, dan patung.

Salah satu legenda mengatakan bahwa Nüwa menikahi saudara laki-lakinya, Fuxi. Fuxi dan Nüwa memiliki kepala manusia tetapi tubuh ular karena ibu mereka Huaxu (华胥) hamil secara tak terduga setelah menginjak jejak kaki yang ditinggalkan oleh dewa guntur Leigong (雷公). Duo ini menciptakan musik, berburu, memancing, dan menjinakkan hewan.

Mitologi Tiongkok kuno tampaknya memiliki kegemaran pada ular, dengan Nüwa dan Fuxi memiliki tubuh seperti ular, berbeda dengan mitos Barat yang memandang ular sebagai makhluk jahat.

Lukisan-lukisan ini juga mencerminkan konvensi sosial, seperti yang terlihat dalam lukisan Fuxi dan Nüwa dari Dinasti Tang (618–907 M) yang ditemukan di Pemakaman Astana, Xinjiang. Nüwa terlihat dalam foto tersebut sedang memegang kompas, sementara Fuxi terlihat memegang penggaris. "Kompas dan penggaris" (规矩) diterjemahkan menjadi "standar" dalam bahasa Mandarin. (*)

Informasi Seputar Tiongkok