Lama Baca 3 Menit

Negara G7 Warning Bank China Tidak Bantu Rusia

13 June 2024, 09:27 WIB

Negara G7 Warning Bank China Tidak Bantu Rusia-Image-1
Para pemimpin Negara saat berfoto bersama

Bolong.id - Kelompok Tujuh (G7) dilaporkan akan mengirimkan peringatan baru kepada bank-bank kecil di Tiongkok agar berhenti membantu Rusia menghindari sanksi Barat. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, peringatan akan dikirim pekan depan.

Dilansir dari Reuters Minggu (09/06/24), para pemimpin G7 akan menggelar pertemuan puncak di Italia pada 13-15 Juni mendatang. Pertemuan yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Giorgia Meloni diharapkan akan fokus pada ancaman yang ditimbulkan oleh perdagangan Tiongkok-Rusia yang sedang berkembang pesat terhadap pertempuran di Ukraina, dan apa yang harus dilakukan terhadapnya.

Amerika Serikat dan mitra G7-nya -Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang- diperkirakan tidak akan mengambil tindakan hukuman langsung terhadap bank manapun selama pertemuan puncak, seperti membatasi akses mereka ke sistem pengiriman pesan SWIFT atau memutus akses ke dolar.

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar. Departemen Keuangan AS juga tidak memberikan komentar langsung, tetapi pejabat Departemen Keuangan telah berulang kali memperingatkan lembaga-lembaga keuangan di Eropa dan Tiongkok dan di tempat lain bahwa mereka menghadapi sanksi karena membantu Rusia menghindari sanksi Barat.

Sebagai informasi, Tiongkok dan Rusia telah mendorong lebih banyak perdagangan dalam yuan daripada dolar setelah perang Ukraina, yang berpotensi melindungi ekonomi mereka dari kemungkinan sanksi AS.

Namun Washington sejauh ini enggan menerapkan sanksi terhadap bank-bank besar Tiongkok karena efek berantai yang besar yang dapat ditimbulkannya pada ekonomi global dan hubungan AS-Tiongkok.

Kekhawatiran atas kemungkinan sanksi telah menyebabkan bank-bank besar Tiongkok membatasi pembayaran untuk transaksi lintas batas yang melibatkan Rusia, atau menarik diri dari keterlibatan apapun sama sekali.

Hal itu telah mendorong perusahaan-perusahaan Tiongkok ke bank-bank kecil di perbatasan dan memicu penggunaan saluran pembiayaan bawah tanah atau mata uang kripto yang dilarang. Para pejabat Barat khawatir bahwa beberapa lembaga keuangan Tiongkok masih memfasilitasi perdagangan barang dengan aplikasi sipil dan militer ganda. (*)

Informasi Seputar Tiongkok